Nyapu? Menyapu? Setiap sesuatu ada pembersih, ada sikatnya. Demikian petuah dari Ustadz Arifin Ilham yang pernah saya dengar. Kalau semua ada pembersih, tentunya disini setidaknya ada 2 unsur yang bekerja. Pertama obyek yang dibersihkan dan subyek yang membersihkan. Kedua unsur saling membentuk hubungan timbal balik, mutualisme lah dapat dikatakan. Hati, fisik, pikiran, lantai, bahkan otak pun dapat dibersihkan (semacam cuci otak kayake). Kalau otak "dicuci" kayaknya bukan membersihkan ya? Tapi "nginstal ulang". Emboh lah .... kayak githu pokoke. Hati kotor dibersihkan dengan dzikir, dan bentuk ibadah lain, "nyepi" dalam agama Hindu, instropeksi diri. Kamar mandi kotor ada sikat buat bersihkan. Dan obyek lain yang kotor dapat dibersihkan dengan "alat pembersih" sesuai dengan apa yang akan dibersihkan.
Mendengar kata "nyapu" ingat dulu di SD - SMA, pasti enek (ada) jadwal piket bersih2 ruang kelas. Tak terkecuali kulo (saya) juga kebagian tugas nyapu kelas. Saking banyaknya debu, dulu pernah saat di bangku kelas 1 SMA, saya pas piket, debu yang banyak tersebut tidak saya keluarkan sebagaimana mestinya, melalui pintu depan kelas, biar debunya ke halaman depan kelas. Debu tersebut malah saya masukkan ke tetangga kelas, lewat sela2 bawah pintu pojok di belakang kelas. Kebetulan ada pintu di pojok belakang kelas yang tembus ke kelas lain. Jan, iseng plus bandel tenan saya waktu itu .. ! Sengaja saya piket setelah pulang sekolah, jadi sepi. Gak ada yang tahu ke-usilan saya. Selain itu biar besoknya kelas siap dipakai, ndak usah piket pagi. Kalau piket pagi kuatir nanti debunya masih bertebaran saat awal jam pelajaran. Malah ndak efektif KBMe!
Kira2 ada ndak yo, orang yang ndak pernah nyapu? Kayakae ndak ada orang yang ndak pernah nyapu ... ! Mulai dari para pejabat teras, dokter, guru, tukang cukur, owner korporasi, camat, lurah, carek, kasun kamituwo, tukang rental komputer, staf TU, pedagang, asongan, pengamen, artis, musisi, dan semuanya ..... ! Lha wong sejak masuk di bangku SD sudah ada jadwal piket nyapu ... ! Lha wong juga, pastine sesuatu tempat setidak'e ada sapu yang sewaktu2 dapat diambil untuk nyapu ... ! Wah perlu data BPS iki gae buktikan .... ! Walah kok maleh ribet temen sich, mek ngurus pitakon (pertanyaan), sopo sing tidak pernah nyapu ... !
Kembali ke "nyapu", ingat juga sebuah profesi, "pasukan kuning". Atau kalau boleh saya sebut beliau2 itu merupakan "pahlawan adipura", pahlawan keindahan kota, pahlawan tanpa "ucapan terima kasih" dari warga. Kenapa begitu? Kita seringkali meremehkan beliau2 itu. Mentang2 kerjanya di tempat yang "tidak bersih" seperti di kantor, seringkali beliau2 dipandang sebelah mata. Atau jangan2 malah "tidak dipandang". Seandainya beliau2 mogok kerja sehari saja, piye yo suatu kota? Embohlah! Pastine kotor tenan! Ngemeng2 (btw), apa ada yo, orang yang bercita2 jadi "pahlawan adipura" (mohon dibaca pasukan kuning)? Ada ndak yo orangtua yang "meridhoi" anaknya bercita2 jadi "pahlawan adipura"? Jangan2 langsung "digibeng" kalau anaknya bercita jadi "pahlawan adipura". Mungkin hanya si Fizi (tokoh dalam kartun Upin & Ipin) saja yang bercita2 jadi "pahlawan pembersih kota"! Lazimnya seorang anak, cita2 itu jadi presiden, dokter, polisi, politisi, dosen, guru, bupati, gubernur, artis, pengusaha. Saya pun juga ndak bercita2 jadi "pembersih kota" ..... ! Walau begitu, bukan berarti kita harus semena2 memperlakukan "sampah", kita harus membuang sampah di tempatnya, kalau tidak ingin didenda! Eh ... lali (lupa) aku, di negara kita khan ndak ada yo denda kayak gitu! Kita diminta ngantri aja susahe setengah urip!
Intine, apapun kita, apapun itu, pasti ada alat pembersih untuk menghilangkan kotoran. Jangan sampai kita "kotor", dapat mengurangi aura penampilan!! Macam mana pula kalau kita kotor, pastinya tak enak dipandang lah! Iyo tho? Bersihkan hati, jiwa, pikiran, dan lain yang harus semestinya dibersihkan. Agar indah, agar apik, agar good, agar bois, agar sip jes ... !!! Mudah2an Indonesia selalu dalam kondisi bersih, ndak ada korupsi, ndak ada mafia pajak, ndak ada mafia hukum, ndak ada mafia pertambangan, ndak ada mafia pendidikan, ndak ada mafia BOS, ndak ada mafia UAN, ndak ada mafia listrik, ndak ada mafia intelektual, ndak ada human trafficking, yang ada hanya kecintaan, kedamaian, kesejahteraan, keoptimisan, dan semangat Bhineka Tunggal Ika. Amin ... !
Hanyo ngaku, sopo sing ora tau nyapu ..... ?