Ketika seorang manusia mengalami kondisi yang tak sesuai dengan harapannya, maka lazim kita "mengeluh", sambat kata orang Jawa. Saya pun pernah sambat juga. Muncul dibenak saya, apa bisa ya manusia tidak sambat? Setidaknya tidak sambat kepada sesama manusia, melainkan sambatnya kepada Gusti Pangeran. Dan saya yakin, setiap yang apa yang telah terjadi sudah ditetapkan dan terbaik bagi tiap manusia. Kembali ke sambat, apakah manusia pantas untuk sambat kepada manusia lain, yang manusia disambati pun makhluk yang bergantung. Setidaknya bukan sambat, dihaluskan, jadi curhat. Bercerita kepada orang lain, bahasa Uya Kuya unek-unek, memang perlu, dengan bercerita, kita akan plong, setidaknya mengurangi beban, walaupun dengan bercerita juga belum tentu dan menyelesaikan masalah.
Namun yang jadi persoalan, jika kita salah sasaran sambat kepada manusia lain. Maksudnya salah sasaran, jika yang kita sambati ternyata kondisine jauh lebih "mengenaskan" daripada kita. Naasnya kita tak tahu, atau malah tak mau tahu, yang penting beban kita plong! Logikanya, kalau seorang manusia sambat kepada Gusti Pangeran, itu adalah harus. Dasarnya, "Gusti Pangeran cukup pemeliharaku". Kedudukan Gusti Pangeran lebih tinggi dari manusia, sangat tinggi, saking tingginya, saya tak bisa menuliskan. Sehingga, seandainya manusia ingin sambat kepada manusia lain, manusia yang kita sambati harus lebih dari kita. Jangan salah sasaran, nanti malah yang kita sambati lebih merana dari kita!
Saya pernah merasa lebih dari teman sekelas saya dulu di Malang. Saya merasa lebih itu semenjak semester 1 sampai sekitar pertengahan semester 3. Kenapa saya merasa lebih dari teman saya itu, katakanlah B namanya? Karena saya melihat dari satu sudut pandang: AKADEMIS. Apa yang terjadi? Tak sengaja saya ikut kumpulan dengan teman saya B, ke rumahnya. Betapa kagetnya saya, dari situ saya ketahui ternyata B teman saya itu, dia menjadi tulang punggung keluarga semenjak Ayahe pulang ke Gusti Pangeran, pada saat dia masih SMA! Namun dia dengan kondisi ini mampu menyekolahkan adiknya, dan dia pun bisa menuntut ilmu juga! Luar biasa!! Betapa kecilnya saya jika dibanding dengan teman B saya ini. Kondisi ini tak kelihatan saat berkumpulkan dengan teman lain. Malah B teman saya ini, setiap ketemu dengan teman lain, begitu riang gembira, sering membuat teman lain tertawa. Padahal B teman saya ini, jauh lebih ngenes hidupnya. Betapa kecilnya saya!! B teman saya ini pun, belum pernah saya temui dia sambat kepada teman-2nya, apalagi sambat kepada saya!!! Sampai sekarang saya merasa belum ada apa-apanya dibanding teman B saya ini. Sukses untukmu teman. Pernah sepintas saya bertanya kepada diri sendiri, B iki sambat karo sopo yo? Kok iso yo dek'e kuat?
Dan saya yakin di luar sana, masih banyak B-B lain yang sama, atau lebih ngenes dari B teman saya ini! Malu rasane saya kalau mau sambat! Tapi apa boleh buat, saya bukan B, saya manusia biasa, tak luput dari sambat dan sambat!
Awas jangan salah sasaran!! Itu pesan yang pingin saya bangun. Tapi bukan berarti kita tak boleh sambat sama sekali. Cukup Gusti Pangeran pelindung kita. Jangan salah sasaran untuk sambat. Karena kalau salah sambat, bisa menyakitkan orang yang kita sambati. Misalnya saya sajalah yang jadi obyek. Saya pernah disambati teman saya, katakanlah H. Teman saya ini sambat kepada saya: oalah mas, gajiku titik, gak cukup gae kebutuhan hidup, gae tuku pulsa'wae entek .... !!!!
Saya bingung mau bersikap apa, karena saya tahu, kalau teman saya ini: HP-nya 2, dobel simkat pula, nomor HP-nya 4 pula! Punya Yamaha Beat pula! Punya Yamaha Tiger pula!!! Alamak! Masih sambat pula ........ !!!!!!!! Kepikiran di benak saya: punya demikian banyaknya benda-2 dibanding lain, masih sambat, kondisi yang bagaimana ya manusia tidak sambat? Persepsi setiap orang berbeda-beda!
Sekali lagi jangan salah sasaran. Dan saya hanya sampaikan kepada teman-2 pembaca, saya tidak berniat sambat lewat media ini. Tulisan ini bukan keluhan, sebaliknya saya pastikan bahwa hanya untuk memiliki pemahaman lebih tentang sebuah ide dan gagasan.
Salam sukses untuk teman-2 semua. Esok pagi pasti lebih cerah! Mudah-2an kita semua termasuk orang yang pandai bersyukur. Terima kasih kasih Gusti Pangeran, atas anugerah ini, yang tak dapat dihitung. Hamba daif di hadapan-Mu.
Namun yang jadi persoalan, jika kita salah sasaran sambat kepada manusia lain. Maksudnya salah sasaran, jika yang kita sambati ternyata kondisine jauh lebih "mengenaskan" daripada kita. Naasnya kita tak tahu, atau malah tak mau tahu, yang penting beban kita plong! Logikanya, kalau seorang manusia sambat kepada Gusti Pangeran, itu adalah harus. Dasarnya, "Gusti Pangeran cukup pemeliharaku". Kedudukan Gusti Pangeran lebih tinggi dari manusia, sangat tinggi, saking tingginya, saya tak bisa menuliskan. Sehingga, seandainya manusia ingin sambat kepada manusia lain, manusia yang kita sambati harus lebih dari kita. Jangan salah sasaran, nanti malah yang kita sambati lebih merana dari kita!
Saya pernah merasa lebih dari teman sekelas saya dulu di Malang. Saya merasa lebih itu semenjak semester 1 sampai sekitar pertengahan semester 3. Kenapa saya merasa lebih dari teman saya itu, katakanlah B namanya? Karena saya melihat dari satu sudut pandang: AKADEMIS. Apa yang terjadi? Tak sengaja saya ikut kumpulan dengan teman saya B, ke rumahnya. Betapa kagetnya saya, dari situ saya ketahui ternyata B teman saya itu, dia menjadi tulang punggung keluarga semenjak Ayahe pulang ke Gusti Pangeran, pada saat dia masih SMA! Namun dia dengan kondisi ini mampu menyekolahkan adiknya, dan dia pun bisa menuntut ilmu juga! Luar biasa!! Betapa kecilnya saya jika dibanding dengan teman B saya ini. Kondisi ini tak kelihatan saat berkumpulkan dengan teman lain. Malah B teman saya ini, setiap ketemu dengan teman lain, begitu riang gembira, sering membuat teman lain tertawa. Padahal B teman saya ini, jauh lebih ngenes hidupnya. Betapa kecilnya saya!! B teman saya ini pun, belum pernah saya temui dia sambat kepada teman-2nya, apalagi sambat kepada saya!!! Sampai sekarang saya merasa belum ada apa-apanya dibanding teman B saya ini. Sukses untukmu teman. Pernah sepintas saya bertanya kepada diri sendiri, B iki sambat karo sopo yo? Kok iso yo dek'e kuat?
Dan saya yakin di luar sana, masih banyak B-B lain yang sama, atau lebih ngenes dari B teman saya ini! Malu rasane saya kalau mau sambat! Tapi apa boleh buat, saya bukan B, saya manusia biasa, tak luput dari sambat dan sambat!
Awas jangan salah sasaran!! Itu pesan yang pingin saya bangun. Tapi bukan berarti kita tak boleh sambat sama sekali. Cukup Gusti Pangeran pelindung kita. Jangan salah sasaran untuk sambat. Karena kalau salah sambat, bisa menyakitkan orang yang kita sambati. Misalnya saya sajalah yang jadi obyek. Saya pernah disambati teman saya, katakanlah H. Teman saya ini sambat kepada saya: oalah mas, gajiku titik, gak cukup gae kebutuhan hidup, gae tuku pulsa'wae entek .... !!!!
Saya bingung mau bersikap apa, karena saya tahu, kalau teman saya ini: HP-nya 2, dobel simkat pula, nomor HP-nya 4 pula! Punya Yamaha Beat pula! Punya Yamaha Tiger pula!!! Alamak! Masih sambat pula ........ !!!!!!!! Kepikiran di benak saya: punya demikian banyaknya benda-2 dibanding lain, masih sambat, kondisi yang bagaimana ya manusia tidak sambat? Persepsi setiap orang berbeda-beda!
Sekali lagi jangan salah sasaran. Dan saya hanya sampaikan kepada teman-2 pembaca, saya tidak berniat sambat lewat media ini. Tulisan ini bukan keluhan, sebaliknya saya pastikan bahwa hanya untuk memiliki pemahaman lebih tentang sebuah ide dan gagasan.
Salam sukses untuk teman-2 semua. Esok pagi pasti lebih cerah! Mudah-2an kita semua termasuk orang yang pandai bersyukur. Terima kasih kasih Gusti Pangeran, atas anugerah ini, yang tak dapat dihitung. Hamba daif di hadapan-Mu.