Saya ucapkan selamat belajar untuk semua, terutama teman-2 saya yang sekarang lagi menyelesaikan tugas akhir. Mudah-2an lancar dan mendapatkan nilai sesuai harapan. Tentunya dengan tetap berusaha, sabar, dan pantang menyerah.
Tak mudah mengeluh, misalnya: buku sulit dicari!! Abad 21 masih bingung buku, sudah tak jaman.
Saya pernah ditanya teman begini: Antara kualitatif dan kuantitatif mana yang sulit???
Saya jawab: Sama-2 sulit dan sama-2 mudah. Sulit karena kita tak memahami paradigma penelitiannya. Mudah karena kita memahami paradigmanya. Inti dari jawaban saya ialah: untuk menjadi mudah, kita harus belajar dulu dua-2nya (kuantitatif dan kualitatif), agar memahami esensi tiap penelitian. Kita memilih suatu metodologi penelitian bukan karena masalah: "mana yang mudah" dan "mana yang sulit", sehingga cenderung diambillah "yang mudah". Misalnya kita mengambil kualitatif, karena tak menguasai statistik, atau sebaliknya, kita mengambil kuantitatif, karena tak mampu merangkai kata. Menentukan apakah kualitatif ataukah kuantitatif yang diambil, ialah semata-mata karena memang pendekatan itu (apakah kualitatif atau kuantitatfi) tepat digunakan untuk meneliti suatu masalah atau tema.
Kualitatif dan kuantitatif memiliki pijakan paradigma sendiri-2 dan berbeda, saling bertolak belakang. Atau lebih ekstrem dapat dikatakan, bertentangan. Sehingga kita tak etis menyatakan: kualitatitf itu jauh lebih sulit daripada kuantitatif, atau sebaliknya, kuantitatif lebih sulit daripada kualitatif.
Kita kembali kepada pertanyaan teman saya: Semua akan mudah jika kita memahami dan menguasai. Agar dapat menguasai dan memahami, maka perlu belajar dan terus belajar kedua-duanya. Dan dipraktikan, artinya dua pendekatan tersebut (kualitatif dan kuantitatif) dilakukan.
Mudah-2an sukses untuk semua. Salam sejahtera selalu bagi pecinta ilmu.