Internet mengubah segalanya, pendidikan juga ikut berubah. Perubahan pendidikan pun bersifat revolusioner, selamanya tak pernah berhenti, dan bersifat sosial. Revolusioner, dulu pendidikan berpusat pada instructor sekarang pada learner. Pendidikan bersifat selamanya, belajar dilakukan setiap hari, kerja menjadi belajar, belajar menjadi kerja, dan tak seorang pun pernah selesai. Pendidikan bersifat sosial, ruang kopi dapat lebih efektif untuk belajar daripada ruang kelas. Era sekarang merupakan era internet. Sudah siapkah para pendidik menghadapi era internet?
Pendidikan sekarang tidak terbatas pada ruang dan waktu. E-learning memanfaatkan kekuatan jaringan untuk belajar kapan pun, di mana pun. E-learning bersifat dinamis, real time, kolaboratif, individual, dan komprehensif. Pembelajaran menggunakan internet dalam beberapa hal, lebih baik daripada konvensional. Model konvensional memang belum tergantikan (tatap muka, moral, etika). Internet sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran sibernetik relatif baru dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Menurut teori ini, belajar adalah mengolah informasi. Proses belajar sangat ditekankan, tetapi yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses dan dipelajari peserta didik. Sistem informasi yang dipelajari menentukan berlangsungnya proses belajar. Asumsi lain sibernetik adalah tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk semua peserta didik. Cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi yang sama mungkin akan dipelajari peserta didik dengan proses belajar yang berbeda-beda.
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam teori kognitif. Belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Memori manusia memiliki kapasitas terbatas. Guna mengurangi muatan memori, bentuk pengetahuan yang dipelajari dapat berupa proposisi, produksi, dan mental images. Gagne mempreskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan tahapan pembelajaran.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan ini menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apa pun. Tahapan peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara eksternal yang berpotensi mendukung proses internal kegiatan belajar, yakni: menarik perhatian; memberitahukan tujuan pembelajaran; merangsang ingatan; menyajikan bahan perangsang; memberikan bimbingan belajar; mendorong unjuk kerja; memberikan balikan informatif; menilai unjuk kerja; dan meningkatkan retensi dan alih belajar.
Pembelajaran menggunakan sistem jaringan memungkinkan semua orang untuk dapat mengakses. Informasi hasil penelitian terbuka dan mudah diakses. Publikasi hasil penelitian semakin cepat dan mudah. Kualitas lulusan dan pemanfaatan hasil penelitiannya meningkat. Sehingga akan tercipta linkage dengan dunia bisnis, industri, dan masyarakat. Lembaga pendidikan dapat menjalin kerjasama dengan jaringan internasional, seperti NDLTD (National Digital Library of Theses and Dissertation) dan ADT (Australian Digital Theses). Terkait isu plagiat, dengan disseminasi yang sangat luas (online internet/offline CD-ROM), setiap orang akan mudah mengetahui laporan riset, sehingga setiap plagiat akan mudah dilacak. Plagiat bukan alasan untuk tidak memublikasikan hasil riset secara online.
Aplikasi pendidikan sibernetik dan teori belajar lainnya diharapkan dapat mewujudkan demokratisasi belajar. Proses pendemokrasian mencerminkan belajar berdasarkan prakarsa peserta didik. Mereka perlu dipersiapkan untuk memasuki era demokratisasi yang mampu menghargai dan memahami ketidakpastian dan keragaman.
ijin copy yah
BalasHapus