28 Mei 2012

ROCK NEVER DIE

Ketika mendengar Kang Krisyanto gabung lagi ke Jamrud, sudah dapat diprediksi, Jamrud akan bangkit lagi. Tak heran jika Jamrud mengubah nama albumnya jadi: ENERGI + DARI BUMI & LANGIT. Ini bukan sebuah kebenaran mutlak, untuk sementara sy berasumsi: lagu yang mendayu, sendu, dan cengeng, dapat memengaruhi orang untuk lembek juga. Kalem. Lagu keras, rock, cadas, juga dapat memengaruhi orang dapat menjadi keras hatinya. Setidaknya itu yang sy dapat juga dari teman sy sendiri. Teman sy kaged kalo sy itu suka Jamrud, Boomerang, dan Power Metal. Meneng-2 ternyata keras, suka lagu cadas, dan memang sy katanya teman sy jg gak ngetok'i lek suka cadas.

Dan sejak lagu-2 sendu mendayu-2 populer di era sekarang, sy merasakan, teman-2 di bawah usia sy juga memang "cengeng" bawaannya. Ini cah lanang kok nyangi: Buka hatimu!! Bagi sy lirik itu tak lazim, karena yg sy dengar: Putri, Obskuriti. Tapi itulah selera orang beda-2. Bukan berarti cadas tak "romantis": Pelangi di Matamu, Kisah, Kehadiranmu, Episode April. Sebuah lirik yang apa adanya, dari hati, penuh makna, dan ikhlas. Lirik yang tak "cengeng".

Dan dari konser Jamrud di Yogya beberapa waktu lagu, di sana ada mantan pentolan Boomerang: JPI dan RJ. sempat disebutkan kabarnya para personil Boomerang akan bergabung lagi semua. Sebuah kabar yang sip bagi sy. Ini sebuah sinyal, rock akan bangkit lagi, seperti di era tahun 1999 s.d. 2003, dimana waktu itu Jamrud menjadi pelopornya dengan album Ningrat yg meledak di pasaran. Ayo JPI, RJ, HH, dan FM, gabung semua di tubuh Boomerang. Boomers menunggu. ROCK NEVER DIE.


Antara Aku, Rokok, dan Banci

ROKOK !!! Ya, sebuah barang yang kecil tapi RACUN. Tak ada riset yang mendukung kalo rokok itu baik. Rokok pasti berefek burung bagi kesehatan. Uang dibakar percuma, penyakit yang lambat laun pasti kena tapi tak terasa, belum lagi MELANGGAR HAK ORANG LAIN.

Sy termasuk orang yang BENCI ROKOK, termasuk orang yang benci perokok, kalau merokok di dekat sy, tak terkecuali BAPAK saya dewek. Merokok silahkan, tidak apa-2 teman-2 merokok, tapi jangan melanggar hak orang lain di sekitarnya: untuk hidup sehat, menghirup udara sehat, hidup nyaman tanpa asap rokok dari teman-2 yang merokok. Merokok silahkan, tapi di ruang yang hanya njenengan sendiri menempatinya, tak ada orang lain.

INI PERINGATAN UNTUK PEROKOK:


Ada cerita menarik terkait dengan rokok:
Suatu saat pada waktu sy masih di Malang, kumpul sama teman-2 kos sebelah. Rame saat itu orangnya yang ikut kumpul. Ada teman sy yang nyletuk gini kpd sy: "Opo kuwi, gak lanang, ora ngrokok, BANCI ora ngrokok". Welah rokok kok dibawa-bawa untuk predikat banci!!! Asem tenan iku. Langsung semua teman-2 saat itu menertawakan sy, karena sy tidak merokok, teguh pendirian, tak mau merokok. Memang suasana pada waktu itu hanya sebatas bercanda saja, tak lebih. Sy senang melihat teman-2 sy tertawa lepas, karena dengan tertawa manusia bisa melepaskan kepenatan sejenak, merefresh otak, biar tak tegang. Sy ikut tertawa juga, walaupun sy obyek yang ditertawakan. Tak apa, menyenangkan orang.

Tapi langsung satu jurus, langsung sy balikan, cletukan teman sy tadi: Ngene rek, awak'e saiki ngomong sampel, ben rodok ilmiah titik. Oke benar ayas gak ngrokok. Iku sampel. Wong lanang kabeh iku populasine. Dan wong lanang ora kabeh ngrokok, hanya sebagian wong lanang sing ngrokok. Lah iku sampel: enek wong lanang sing ngrokok, karo enek wong lanang sing ora ngrokok. Saiki ganti Banci sing dadi populasine. Ayo totoan, sopo banci sing ora ngrokok? Kabeh banci ki ngrokok. Banci populasi. Dadi wong sing ngrokok kuwi banci!!!

Semua teman sy, langsung mengkerut dahinya. Batin sy: hayo kon, kenek kowe!!! Horas!!!

04 Mei 2012

LINGKUNGAN PENDIDIKAN


A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu upaya yang sangat mutlak dalam suatu kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan faktor penting dan bermanfaat bagi kehidupan dalam upaya meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Kegiatan pendidikan di manapun berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang maupun waktu.
Lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan ada yang bersifat sengaja dan bersifat tidak sengaja. Artinya lingkungan tidak ada kesengajaan tertentu di dalam memberikan pengaruhnya kepada perkembangan anak didik. Ada tiga macam lingkungan, menurut tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan di mana pendidikan berlangsung agar dapat memberikan pengaruh yang positif kepada perkembangan anak didik, maka hendaknya kita usahakan sedemikian rupa sehingga masing-masing lingkungan senantiasa memberikan pengaruhnya yang baik.

B. LINGKUNGAN PENDIDIKAN
1.  Pengertian
Setiap manusia pasti memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya pendidikan (Indrakusuma, 1978).
Lingkungan pendidikan dapat berupa benda-benda, orang-orang, keadaan-keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar peserta didik yang bisa memberikan pengaruh kepada perkembangannya, baik secara tidak langsung ataupun langsung, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Disamping lingkungan memberikan pengaruh dan dorongan, lingkungan juga arena yang memberikan kesempatan kepada kemungkinan-kemungkinan atau potensi (pembawaan) yang dimiliki seorang anak untuk berkembang.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja (2000) adalah untuk membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik/sosial/budaya) dan mengajarkan tingkah laku umum serta menyeleksi atau mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu.

2.  Tri Pusat Pendidikan
Sepanjang kehidupannya manusia selalu memperoleh pengaruh atau pendidikan dari tiga tempat, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga tempat berlangsungnya pendidikan ini disebut dengan tri pusat pendidikan.

a.  Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang mula-mula dan terpenting. Sering juga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena memang orang tua dalam keluargalah yang terutama memiliki tanggung jawab atas pendidikan anak kandungnya. Menurut kodratnya orang tua harus mendidik anak-anaknya, terdorong oleh suatu insting, yaitu rasa cinta yang asli terhadap keturunannya.
Pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga, oleh karena itu tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar berasal dari pendidikan kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain (Indrakusuma, 1978). Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak, seperti rasa tenggang rasa, suka menolong, hidup damai, kerjasama, kegotongroyongan, kepekaan, dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga menyerahkan sebagian peran/tanggungjawabnya kepada jalur pendidikan formal (sekolah) maupun non formal (kursus, kelompok belajar, dsb).
Peran jalur pendidikan formal (sekolah) semakin lama semakin penting, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan aspek kognitif (pengetahuan) dan skill/psikomotorik (ketrampilan). Hal ini tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pendidikan anaknya, diharapkan keluarga lebih banyak bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat/lingkungan pendidikan lainnya (sekolah dan masyarakat).
b.  Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah disebut juga lingkungan kedua yang didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anaknya. Sehingga pendidikan di sekolah berperan sebagai bagian dan lanjutan dari pendidikan keluarga, serta merupakan jembatan yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak (Indrakusuma, 1978).
Untuk mempersiapkan anak agar hidup dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern, telah tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak-anak tidak cukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran dari lingkungan keluarganya saja. Maka dari itu, masyarakat atau negara mendirikan sekolah-sekolah. Kehidupan dan pergaulan di lingkungan sekolah sifatnya lebih tegas dan lugas, harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh peserta didik dan pendidikan. Pendidikan etika juga diberikan di sekolah, namun hanya merupakan bantuan terhadap pendidikan budi pekerti yang telah dilaksanakan oleh keluarga, karena tujuan dan tanggung jawab utama sekolah membekali ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipergunakan dalam kehidupannya di masyarakat (Purwanto, 2002).
Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.

c.  Lingkungan Masyarakat
Dari ketiga macam pengaruh lingkungan pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), kiranya lingkungan masyarakatlah yang cukup sulit dirancang agar selalu memberikan pengaruhnya yang baik untuk perkembangan anak didik. Karena lingkungan masyarakat itu sangat luas dan banyak berbagai pihak yang berperan dalam masyarakat tersebut, sehingga memerlukan pengawasan dan pengontrolan yang lebih agar suasana lingkungan masyarakat dapat memberikan pengaruh yang baik bagi pendidikan anak.
Masyarakat yang berperan aktif dalam bidang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Kelompok ini berupa organisasi-organisasi pendidikan, sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan sebagainya. Semua kelompok ini perlu dilibatkan secara aktif dalam membantu dan mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengelola atau pihak sekolah hendaknya mampu menganalisis kelompok masyarakat mana yang bisa dilibatkan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai gambaran dibawah ini disajikan skema tentang keterlibatan berbagai pihak dalam School District di Amerika menurut Hoy & Miskel (1987).
 

Sementara itu, Unruh (1974) mengelompokkan masyarakat menurut hubungannya dengan sekolah. Kelompok tersebut adalah: (1) Immadiate (pihak yang sangat cepat berhubungan dengan sekolah yaitu siswa, guru, dan orang tua siswa); (2) Associated (pihak yang tertarik pada sekolah); (3) Disassociated (pihak yang tidak tertarik dengan sekolah); dan (4) Institusionalized (lembaga umum).
Gorton (1976) membahas kelompok-kelompok masyarakat yang banyak tertarik terhadap lembaga pendidikan antara lain:
·      Organisasi orang tua siswa dan guru
·      Dewan Perdagangan
·      Orang tua secara individual
·      Organisasi Veteran
·      Keluarga orang tua
·      Kelompok-kelompok Pekerja
·      Asosiasi pembayar pajak
·      Kelompok-kelompok Agama
·      City Council & School Board
·      Politikus
·      Organisasi bisnis komersial
·      Organisasi Persaudaraan
·      Kelompok-kelompok layanan
·      Organisasi Kesejahteraan
·      Kelompok-kelompok khusus
·      Organisasi Pemerintah
·      Pimpinan-pimpinan bisnis penting
·      Pengelola Pers, Televisi & Radio

C. HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN TRI PUSAT PENDIDIKAN
Tri pusat pendidikan hanya dapat dibahas terpisah-pisah secara teoritis, namun realitanya secara simultan dan terpadu saling memberikan pengaruh timbal-balik dan tidak dapat dipilah-pilah. Makalah ini lebih menyoroti/membahas tentang keterkaitan hubungan sekolah, sebagai bagian dari tri pusat pendidikan, dengan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Hubungan pengaruh timbal balik antara tingkat partisipasi masyarakat dengan kualitas proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, menuntut adanya jalinan hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat. Jalinan hubungan yang dimaksud, realisasinya bisa diwujudkan di dalam berbagai bentuk dan jalinan. Beberapa bentuk atau cara yang telah dikenal, adalah: open door politics, atau pemberian kesempatan kepada orang tua murid berkunjung ke sekolah untuk membicarakan masalah khusus yang terjadi pada anaknya; home visiting atau kunjungan sekolah ke rumah murid; penggunaan resources persons, kunjungan sekolah ke objek-objek tertentu di masyarakat, pertemuan antara orang tua murid dan warga sekolah, serta pengadaan serta mengefektifkan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Sedangkan secara umum (menurut Hymes dalam Indrafachrudi, 1994) teknik penyelenggaraan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu teknik: (1) Pertemuan kelompok, berupa seminar, lokakarya, sarasehan, dsb. Ragam unsur masyarakat yang dilibatkan di dalam kegiatan ini tergantung dari tema yang sedang dibahas. (2) Tatap muka, pihak sekolah dapat memanggil orang tua siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kemampuan lebih, yang perlu pembinaan bersama agar kemampuannya dapat berkembang secara maksimal. (3) Observasi dan partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah, agar masyarakat tersebut mengetahui secara langsung hambatan dan faktor pendukung penyelenggaraan pendidikan, mengetahui keberhasilan sekolah, sehingga diharapkan bersedia membantu pelaksanaan pendidikan di sekolah. dan (4) Surat menyurat dengan berbagai pihak yang dapat dikaitkan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Seiring dengan perkembangan teknologi, sekolah dapat menerapkan teknik ini dengan menggunakan alat-alat komunikasi berupa telepon, fax, internet, e-mail, dsb.
Dengan adanya kerja sama tersebut, para guru akan dapat memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat anak-anaknya yang sangat besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap murid-muridnya. Sebaliknya, orang tua juga memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya sehingga dapat mengetahui kesulitan-kesulitan manakah yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah. Orang tua dapat mengetahui apakah anaknya itu rajin, malas, bodoh, suka mengantuk, atau pandai, dan sebagainya. Dengan demikian, orang tua dapat menjauhkan pandangan dan pendapat yang keliru sehingga terhindarlah salah pengertian yang mungkin timbul antara keluarga dan sekolah.
Maisyaroh (2003) mengelompokkan masyarakat secara umum, yaitu:
(1) Masyarakat orang tua, adalah gabungan dari orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah tertentu; (2) Masyarakat yang terorganisasi dalam organisasi tertentu; dan (3) Masyarakat luas yang terdiri dari individu-individu yang tidak terkait secara langsung terhadap penyelenggaraan program pendidikan.
Kenyataan di Indonesia, dari sekian kelompok tersebut yang paling aktif peranannya adalah masyarakat orang tua siswa. Sedangkan masyarakat terorganisasi dan masyarakat luas sudah berperan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan namun masih belum optimal. Perhatian orang tua itupun hanya ditujukan pada lembaga pendidikan tempat anaknya bersekolah, sementara lembaga pendidikan yang lain di luar perhatiannya.
Kelompok terorganisasi di Indonesia yang bisa diajak kerjasama antara lain anggota kelompok dari pengelola perusahaan, DPR, dewan pendidikan, komite sekolah, majelis madrasah, kelompok layanan kesehatan, kelompok agama, pengelola televisi, radio, bank, kantor pos/giro, LSM, dan sebagainya.
Wujud kerjasama sekolah dengan kelompok terorganisasi di atas berupa pemberian beasiswa, pembangunan gedung dan pembelian fasilitas sekolah, peningkatan kemampuan kepala sekolah, guru dan pegawai sekolah (pelatihan, seminar dan lokakarya), bantuan pengembangan pembelajaran, bantuan publikasi dan penayangan kegiatan sekolah. Pelaksanaan kerjasama ini menuntut pihak sekolah lebih proaktif dalam menjalin kerjasama sehingga kelompok terorganisasi yang ada mau dan berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas sekolah.
Sekolah juga perlu mewaspadai kemungkinan usaha-usaha negatif dari kelompok yang bersedia diajak kerjasama, tetapi berusaha untuk mengeksploitasi keberadaan sekolah serta berusaha mengeritik dan menyerang sekolah dengan tujuan untuk menjatuhkan kebijakan sekolah. Misalnya suatu perusahaan bersedia menjadi donatur penyelenggaraan suatu sekolah dengan syarat agar siswa mau menggunakan produk perusahaan tersebut, sementara produk tersebut kalau dikonsumsi siswa dapat membahayakan perkembangannya, dapat merusak masa depan siswa. Kalau terjadi usaha-usaha yang demikian maka pihak sekolah, dalam hal ini pimpinan sekolah, perlu tanggap dengan cara menganalisis motif di balik pemberian dana tersebut dan memecahkan masalahnya secara bijaksana.
Peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik memerlukan keserasian serta kerja sama yang erat dan harmonis antar tripusat pendidikan (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat). Berbagai upaya perlu diusahakan dan dilakukan agar program-program pendidikan dari setiap pusat pendidikan tersebut dapat saling mendukung dan memperkuat satu dengan lainnya.
Dalam lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (seperti perbaikan gizi, permainan edukatif, dan sebagainya) yang dapat menjadi ladasan untuk pelaksanaan pengembangan pendidikan selanjutnya di sekolah dan masyarakat. Pada lingkungan sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan hubungan sekolah dengan orang tua siswa, misalnya melalui organisasi orang tua siswa, kunjungan guru ke rumah orang tua murid atau sebaliknya kunjungan orang tua murid ke sekolah, dan sebagainya.
Selanjutnya, sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat sekitarnya (seperti menerjunkan siswa ke masyarakat, mendatangkan nara sumber dari masyarakat ke sekolah, dan sebagainya). Akhirnya lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan atau program yang menunjang serta melengkapi program pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah. Dengan adanya kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi tersebut, maka diharapkan akan memberikan peluang untuk mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu.

D. PENUTUP
Kehidupan manusia sejak lahir sampai akhir hayat tidak dapat terlepas dari berbagai pengaruh yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat mengarah positif maupun negatif yang berasal dari tiga lingkungan pendidikan (Tri Pusat Pendidikan) yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sehingga lingkungan pendidikan berperan menjadi pusat berlangsungnya pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Tri pusat pendidikan hanya dapat dibahas terpisah-pisah secara teoritis, namun realitanya secara simultan dan terpadu saling memberikan pengaruh timbal-balik dan tidak dapat dipilah-pilah. Peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik memerlukan keserasian serta kerja sama yang erat dan harmonis antar tri pusat pendidikan.
Sekolah tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pendidikannya dengan lancar tanpa adanya dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Sehingga pihak sekolah hendaknya mampu menganalisis kelompok masyarakat mana yang bisa dilibatkan dalam mendukung penyelenggaraan dan pengembangan program pendidikan di sekolah. Kreativitas pihak sekolah/pengelola pendidikan dalam hal ini sangat diperlukan untuk menjalin kerjasama sekolah dengan lingkungan keluarga/orang tua siswa dan lingkungan masyarakat di sekitar sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Gorton, R. A. 1996. School Administration. Dubuque, Lowa: Wm C. Brown Company Publisher.

Hoy, W. K. & Miskel, C. C. 1987. Educational Administration: Theory, Research & Practices. New York: Random House.

Indrafachrudi, S. 1994. Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan Orangtua Murid dan Masyarakat. Malang: IKIP Malang.

Indrakusuma, A.D. 1978. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang.

Maisyaroh. 2003. Manajemen Keterlibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam, Imron, A., Maisyaroh, dan Burhanuddin (Eds.), Manajemen Pendidikan: Analisis Substansi dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan (hlm.121-128). Malang: UM Press.

Purwanto, M.N. 2002. Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Tirtarahardja, dkk. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Unruh, A. & Willer, R.A. 1974. Public Relations for School. Belmont California: Liar Siagler Inc./ Fearon Publishers.