20 Agustus 2014

Pendekatan Supervisi Pengajaran

Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Perkembangan pendekatan supervisi pengajaran seiring dengan perkembangan ilmu manajemen. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis (Sergiovanni, 1991).

Pendekatan Ilmiah Supervisi Pengajaran
Supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah, indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen-komponen pembelajaran, variabel-variabel proses belajar-mengajar. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan. Pendekatan ilmiah supervisi pengajaran dipengaruhi oleh aliran scientific management, yang menekankan organisasi memiliki satu struktur hierarki dan bekerja dengan cara-cara yang logis, sistematis, dan rasional. Menurut Sahertian (2000:36) supervisi pengajaran yang bersifat ilmiah bercirikan hal-hal: (1) dilaksanakan secara berencana dan berkesinambungan; (2) sistematis serta menggunakan prosedur dan teknik tertentu; (3) menggunakan instrumen pengumpulan data; dan (4) ada data objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil. Supervisor dengan menggunakan skala penilaian atau checklist, untuk menilai proses belajar-mengajar guru di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada semester sebelumnya. Pengajaran dipandang sebagai ilmu, oleh karena itu perbaikan pengajaran dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah, yakni rasional dan empirik. Pendekatan ilmiah supervisi pengajaran dalam pelaksanaannya mengacu pada paradigma kuantitatif.
Hal ini dipertegas oleh Burhanuddin, dkk., (2007:15-16) yang mengemukakan guna meningkatkan kualitas pengajaran melaksanakan tiga hal, yakni: (1) mengimplementasikan hasil temuan para peneliti; (2) bersama dengan peneliti mengadakan riset bidang pengajaran (seperti penelitian tindakan kelas); dan (3) menerapkan metode ilmiah dan memiliki sikap ilmiah dalam menentukan keefektifan pengajaran. Indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen-komponen pembelajaran, variabel-variabel proses belajar mengajar. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan.
Kelebihan dari supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah pembinaan guru didasarkan pada aspek-aspek yang mudah digali, mudah dianalisis, dan disimpulkan. Sedangkan kelemahannya, adalah: (1) sering terjadi kesalahan kesimpulan. Kejadian-kejadian tertentu disimpulkan sebagai kesuksesan pengajaran. Pembinaan terhadap guru lebih diarahkan pada perilaku guru yang secara umum dapat meningkatkan mutu pengajaran, misalnya memberi penguatan terhadap siswa dan memberi contoh yang konkret; (2) kesalahan komposisi. Kualitas pengajaran lebih dilihat dari penjumlahan skor variabel-variabel, indikator-indikator yang ada, dicari rata-rata hitungnya. Kalau beberapa skor indikator sangat tinggi, sementara skor indikator yang lain sangat rendah, dihitung rata-rata hitungnya maka hasilnya bias; (3) kesalahan pengkonkretan. Pendekatan ilmiah mengacu pada tampilan-tampilan yang tampak. Supervisor membantu guru didasarkan pada perilaku yang tampak pada diri guru. Padahal sistem pengajaran merupakan perpaduan komponen fisik dan psikis; dan (4) kesalahan urus. Seringkali urusan pengajaran hanya dibatasi pada peristiwa yang ada di dalam kelas, sedangkan peristiwa di luar kelas tidak mendapat perhatian.

Pendekatan Artistik Supervisi Pengajaran
Supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan artistik muncul sebagai respons atas ketidakpuasan terhadap supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang dipengaruhi oleh aliran scientific management. Eisner merupakan ahli pendidikan yang dapat dikatakan sebagai pelopor terhadap munculnya pendekatan klinis. Eisner menyatakan kegagalan supervisi pendekatan ilmiah bersumber dari kelemahan pendekatan ilmiah secara internal (Segiovanni, 1982). Hal ini karena pendekatan ilmiah sangat menggeneralisasikan tampilan-tampilan pembelajaran yang nampak sebagai keseluruhan peristiwa pembelajaran. Bahkan dalam perkembangan lebih lanjut, tampilan-tampilan pembelajaran tersebut, diisolasi komponen-komponennya, dan jika ingin melihat berhasil tidaknya, cukup dengan menanyakan komponen-komponen pembelajaran tersebut. Antara komponen pembelajaran satu dengan yang lain, terkesan terisolasi dan tidak berhubungan.
Supervisi pengajaran dengan pendekatan artistik menurut Eisner, dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor (Sergiovanni, 1991). Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi kejadian pengajaran yang bersifat lembut (subtleties). Pendekatan ini menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan supervisi. Pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran, berupaya menerobos kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pendekatan ilmiah dalam menangkap pembelajaran. Pendekatan artistik berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau latar psikologi dan sosiologis pelakunya. Hal ini karena secara psikologis, manusia satu berbeda dengan yang lain, sehingga menuntut perlakuan yang berbeda pula sesuai dengan keragamannya. Instrumen-instrumen baku yang dikembangkan pada pendekatan ilmiah, tidak mungkin dapat menggambarkan keseluruhan dari situasi pembelajaran secara holistik dan komprehensif.
Keberhasilan pembelajaran menurut sudut pandang pendekatan artistik, tidak dapat diukur dengan membandingkan pembelajaran satu dengan pembelajaran yang lain, hal ini karena pelakunya berbeda. Sehingga pembelajaran tidak dapat diukur dengan menggunakan peristiwa pembelajaran yang berada dalam konteks yang lainnya lagi. Oleh karena itu, pendekatan artistik menyarankan agar supervisor dan guru bersama-sama mengamati, merasakan, dan mengapresiasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Supervisor harus mengikuti guru pada saat mengajar, dengan cermat, teliti, dan utuh. Eisner menyatakan supervisor bagaikan melihat tampilan-tampilan karya seni, yang tidak dapat dilihat sebagian demi sebagian, tetapi harus dilihat secara menyeluruh dengan pengamatan cermat, turut merasakan, dan mencoba menangkap maknanya (Burhanuddin, dkk., 2007:24). Sehingga supervisor harus berupaya mengapresiasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Lebih lanjut Eisner mengemukakan rasional pendekatan artistik yang merupakan wujud ketidakpuasan atas pendekatan ilmiah (Burhanuddin, dkk., 2007:24-27). Rasional pendekatan artistik berangkat dari kelemahan-kelemahan pelaksanaan pendekatan ilmiah. Kelemahan-kelemahan pada pendekatan ilmiah yang berorientasi pada scientific management dan dalam pelaksanaannya mengacu pada paradigma kuantitatif, didobrak oleh pendekatan artistik yang berorientasi pada human relation dengan menekankan pada sosio-psikologis dan dalam pelaksanaannya mengacu pada paradigma kualitatif.

Pendekatan Klinis Supervisi Pengajaran
Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaannya, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan objektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata, untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesional guru itu. Pemberian bimbingan berbentuk bantuan sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan, dan dilakukan dengan berbagai upaya (observasi secara sistematis, analisis data balikan) sehingga guru menemukan sendiri cara-cara meningkatkan dirinya melalui analisis bersama. Di dalam kata “klinis” tersirat cara kerja di bidang medis, dimana pihak yang memerlukan pertolongan itu datang atas prakarsa sendiri karena menyadari akan sesuatu kekurangan (gangguan kesehatan), dianalisis berdasarkan keluhan-keluhan pasien, dan pada akhirnya diberikan terapi
Tahap preobservation conference (pertemuan sebelum observasi) dilakukan pembicaraan antara supervisor dan guru yang akan melatihkan kemampuannya, kemudian dilanjutkan kegiatan supervisor mengobservasi guru yang sedang mengajar (observation of teaching). Pada langkah ini supervisor mengumpulkan sejumlah data perilaku guru yang sedang mengajar. Selanjutnya supervisor menganalisis awal data yang ada dan menentukan strategi untuk membantu guru (analysis and strategy). Supervisor mempertimbangkan kontrak yang telah disepakati dengan guru, evaluasi selama guru mengajar, kualitas hubungan interpersonal antara guru dan supervisor, kompetensi, dan pengetahuan guru. Langkah selanjutnya postobservation conference (pertemuan setelah observasi). Pada langkah ini dibicarakan hasil observasi supervisor terhadap guru yang sedang mengajar. Guru memecahkan masalahnya dengan bantuan supervisor. Langkah yang terakhir pelaksanaan supervisi klinis yaitu analisis kegiatan setelah pertemuan guru dan supervisor (postconference analysis). Akhir dari langkah ini disepakatinya tindakan lanjutan yang perlu dilaksanakan pada waktu yang berikutnya. Dengan demikian maka hasil dari supervisi klinis yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaan supervisi klinis pada tahap berikutnya.

Perpaduan Pendekatan Supervisi Pengajaran
Berdasarkan dari ketiga pendekatan supervisi pengajaran, yakni ilmiah, artistik, dan klinis, manakah yang sesuai / paling baik diterapkan untuk supervisi pengajaran? Ketiga pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus disesuaikan dengan tujuan supervisi, masalah yang dihadapi guru, dan tentunya karakter guru tersebut. Semua pendekatan supervisi tersebut sama-sama berfungsi memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran dengan pandangan dan caranya masing-masing. Jika memerhatikan esensi dari ketiga pendekatan, supervisor dapat memadukan ketiga pendekatan supervisi tersebut, sehingga dapat meningkatkan keefektifan supervisi pembelajaran. Keefektifan supervisi akan dapat mempengaruhi pula upaya perbaikan pembelajaran dan prestasi siswa.
Perpaduan dari ketiga pendekatan supervisi dapat meningkatkan keefektifan supervisi. Keefektifan supervisi dapat dilihat dari keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Supervisor dengan memadukan ketiga pendekatan supervisor, dalam melaksanakan supervisi dapat menempatkan tahap-tahap supervisi klinis sebagai induknya. Tahap-tahap supervisi klinis, yaitu: (1) diawali kegiatan pertemuan pendahuluan (pre-conference); (2) dilanjutkan observasi kelas (class-observation); dan (3) diakhiri pertemuan balikan (post-conference).

Pada tahap kegiatan pendahuluan, supervisor dan guru bertemu dengan suasana kesejawatan, membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi guru. Supervisor me-review rencana pembelajaran dan keterampilan pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan (bagian ini merupakan pendekatan ilmiah). Pada saat supervisor dan guru berdiskusi membahas hal-hal tersebut, supervisor menggunakan bahasa-bahasa yang penuh makna, bahasa-bahasa yang puitis, namun tidak bermakna ganda dan tidak berlebihan juga (bagian ini merupakan pendekatan artistik).
Pada tahap observasi kelas, supervisor menggunakan insrumen yang dikembangkan dan disepakati bersama (supervisor dan guru) pada tahap pertemuan pendahuluan. Instrumen yang digunakan supervisor ini merupakan cerminan pendekatan ilmiah. Namun kedudukan dan fungsi instrumen sebatas sebagai pelengkap, karena instrumen sesungguhnya adalah supervisor itu sendiri atau key instrument (bagian dari pendekatan artistik). Supervisor pada tahap observasi kelas, mengamati keseluruhan tampilan dalam pembelajaran, mencari makna-makan yang tidak nampak dalam pembelajaran (bagian dari pendekatan artistik). Supervisor memperhatikan latar perbedaan aspek sosial, budaya, dan psikis guru dan siswa (bagian dari pendekatan artistik). Pada saat mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung, supervisor mencatat kejadian penting (bagian dari pendekatan ilmiah), memberikan interpretasi dari tampilan pembelajaran (bagian dari pendekatan artistik), dan membuat catatan-catatan ringan yang dirasa perlu guna mendukung conference setelah tahap observasi kelas.
Pada tahap pertemuan balikan, supervisor menyampaikan hasil pengamatannya kepada guru, tentang data capaian hasil kontrak pada tahap pertemuan pendahuluan. Tentunya data tersebut berasal dari instrumen yang ditelah disepakati (bagian dari pendekatan ilmiah). Pada pertemuan balikan, supervisor tidak memfonis guru, tidak menyampaikan kesalahan-kesalahan guru, tetapi lebih menekankan pada mengapresiasi setiap kontribusi unik guru terhadap perkembangan siswa dan menaruh perhatian terhadap karakter ekspresif tentang peristiwa pengajaran (bagian dari pendekatan artistik). Supervisor dan guru secara bergantian mengemukakan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan guru, dengan menggunakan bahasa-bahasa yang halus, lembut, dan menjangkau dengan rasa (bagian dari pendekatan artistik).
Supervisor dengan memadukan ketiga pendekatan supervisi diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja guru, meningkatkan kepuasan kerja guru, dan meningkatkan profesionalisme guru. Dengan demikian pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan dapat optimal. Pertumbuhan dan perkembangan serta prestasi belajar siswa juga dapat diterus ditingkatkan, seiring dengan tuntutan perkembangan dan kedinamisan masyarakat, dan tentunya juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

17 April 2014

Menjadi Guru yg Dirindu Siswanya

Menjadi guru memang tidak mudah. Jika merujuk pada ungkapan Jawa, guru: digugu lan ditiru. Digugu ucapannya, ditiru perbuatannya. Ucapan dan perbuatan yang baik tentunya. Menengok lagi ada ungkapan, tak ada manusia yang sempurna. Jadi guru pun "tidak dapat" sempurna. Seumur hidupnya pasti baik, juga ndak mungkin. Setidaknya "mendekati" baik lah. Selalu meningkat yang dilakukan. Perbaikan berkesinambungan, ujar orang manajemen.

Untuk menjadi seorang yang dirindu siswanya? Jika guru tidak ada maka siswa akan merasa kehilangan. Salah satu langkah untuk menjadi guru yang dirindu siswanya, ialah sebut nama siswa. Siswa akan merasa senang jika namanya disebut oleh siswa. Tidak meragukan kemampuan siswa, juga penting, untuk menanamkan rasa percaya diri.

Mudah-mudahan bermanfaat.

10 Januari 2014

Hidup Penuh Warna

Ketika manusia masih hidup di dunia pasti menyukai tentang hal baru. Itulah tabiat manusia, suka dengan hal baru. Jikalau ada orang yang menyatakan bahwa dirinya tidak suka perubahan / hal baru, pasti dia bohong.

Dasar itulah mengapa manusia harus penuh warna dalam hidupnya. Tidak berada dalam satu lingkungan. Di mana pun dia berada, dia bisa beradaptasi, tentunya proses setiap manusia untuk beradaptasi berbeda.

Dia ada di lingkungan akademisi juga bisa, dengan abang-2 becak juga bisa, disandingkan dengan guru besar bisa, disandingkan dengan kaum papa juga bisa, disandingkan dengan pejabat juga bisa, disandingkan dengan penjahat pun juga bisa. Biar hidup penuh warna. Agar dapat mengetahui semua sendi kehidupan manusia di bumi.

Seperti blog ini, ada tulisan yang baik dan buruknya juga, silahkan pembaca menyaringnya.

mudah-mudahan bermanfaat.

06 Januari 2014

Rapat Sekolah

Hari ini, Senin 6 Januari 2014 merupakan hari pertama siswa SD sampai dengan SMA masuk sekolah untuk tahun ajaran semester genap 2013 / 2014. Saya juga pernah jadi siswa. Jika pulang awal / pulang pagi, salah satu sebabnya gurunya rapat, sehingga pulang lebih awal.

Ada penelitian belum ya tentang ini: Pengaruh pulang sekolah lebih awal karena ada rapat sekolah terhadap hasil belajar / prestasi peserta didik.

Apakah dengan adanya rapat guru sehingga siswa dipulangkan lebih awal dapat memengaruhi hasil belajar / prestasi peserta didik?

Meningkatkan Mutu Pendidikan

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar. Kita adalah Garuda. Sebagai sebuah bangsa tentunya kita tidak terlepas dari masalah dan tantangan masa depan. Salah satu komponen yang patut diperkuat tentunya ialah pendidikan. Pendidikan bangsa ini harus terus ditingkatkan agar sumber daya manusia Indonesia memiliki daya saing tinggi. Guna meningkatkan mutu pendidikan, kita dapat membaca dan mengetahui dari berbagai literatur, banyak sekali komponen-komponen pendidikan yang harus dibenahi. Mulai dari yang bersifat hardware dan software. Berbagai komponen tersebut memiliki kontribusi guna meningkatkan mutu pendidikan.

Ada 3 komponen yang harus diperhatikan guna meningkatkan mutu pendidikan, yakni: (1) manajemen lembaga pendidikan; (2) anggaran pendidikan; dan (3) bimbingan dan konseling bagi semua peserta didik.

Ketika kita membahas manajemen lembaga pendidikan, tentunya kita ingat akan fungsi manajemen, mulai dari planning, organizing, actuating, dan controling (pendapatnya Pak Terry). Fungsi-fungsi tersebut harus kuat dalam segala aspek. Ditambah dengan rumusan strategi sekolah, dapat dipastikan sekolah memiliki arah yang jelas untuk maju.

Anggaran merupakan "darah" sebuah organisasi. Anggaran merupakan komponen yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja (menurut Teori Motivasi Dua Faktor Pak Herzberg). Anggaran harus dikelola secara efektif dan efisien. Bukan masalah berapa besarnya anggaran, tetapi bagaimana penggunaan anggaran itu tepat sasaran dan hemat.

Ada keterkaitan antara manajemen lembaga pendidikan dan anggaran guna meningkatkan mutu pendidikan. Kedua komponen tersebut saling mendukung. Ada 5 komponen untuk mengubah organisasi agar dapat meningkatkan mutu (pendapatnya Pak Kasali). Jika diilustrasikan seperti nampak pada gambar-gambar di bawah ini.



Jelas bahwa untuk melakukan perubahan memerlukan 5 hal: vision, skills, incentives, resources, dan action plans.




Mengelola organisasi jika tanpa ada vision yang jelas maka akan menimbulkan kekacauan.




Mengelola organisasi jika tanpa memiliki skills yang mumpuni maka akan menimbulkan kecemasan.



Mengelola organisasi jika tanpa ada incentives yang memadahi maka akan menimbulkan penolakan.



Mengelola organisasi jika tanpa ada resources yang mumpuni maka akan menimbulkan frustrasi.



Mengelola organisasi jika tanpa ada action plans yang jelas maka akan menimbulkan kegagalan.


Peserta didik merupakan insan yang menjadi subjek dan objek pendidikan. Pendidikan dikatakan bermutu jika peserta didiknya bermutu. Peserta didik yang bermutu memiliki karakter, sikap, dan intelektual yang kuat. Jika diilustrasikan seperti pada gambar di bawah ini.


Bimbingan dan konseling (BK) merupakan komponen yang memengaruhi cara perkembangan peserta didik. Semua peserta didik tanpa kecuali mendapatkan salah satu unsur manajemen layanan khusus ini: bimbingan dan konseling. Peserta didik yang pintar juga diberi BK, yang sedang juga diberi BK, yang kurang pintar juga diberi BK, yang tidak nakal juga diberi BK, yang sedang-sedang nakalnya juga diberi BK, yang nakal juga diberi BK. Sehingga semua peserta didik akan terarah.

Mudah-mudahan bermanfaat.