20 Oktober 2009

MENGENALI FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN PELANGGAN

(CUSTOMER SATISFACTION)

Kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk atau layanan sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak mudah dirumuskan dan diukur skala tinggi rendahnya. Untuk produk atau layanan dengan kualitas yang sama, dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda bagi konsumen yang berbeda.

Kepuasan Pelanggan - Pengertian Umum

Menurut Susan Fournier dan David Glen Mick, kepuasan pelanggan, digambarkan, sebagai suatu proses yang dinamis, dapat berubah karena berkaitan dengan dimensi sosial yang kuat. Dimensi kepuasan mengandung komponen makna dan emosi yang integral. Proses kepuasan pelanggan itu sendiri saling berhubungan antara berbagai paradigma, model dengan mode tetapi selalu berkaitan dengan kepuasan hidup dan kualitas hidup itu sendiri.

Pada intinya kepuasan pelanggan adalah response atau tanggapan yang diberikan oleh pelanggan (customer) atas terpenuhinya kebutuhan, sehingga memperoleh rasa senang atau nyaman.Dengan pengertian itu, maka penilaian terhadap suatu bentuk keistimewaan/ kelebihan dari suatu barang/jasa ataupun barang/jasa itu sendiri, dapat memberikan suatu tingkat kenyamanan yang berhubungan dengan pemenuhan suatu kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang sesuai (meet expectation) atau melebihi harapan (excellent) pelanggan.

Skope Kepuasan Pelanggan

Berhubung dalam kenyataannya kepuasan pelanggan sangat bervariasi dan temporer, artinya kepuasan pada satu situasi tidak menjamin kepuasan pada situasi yang lain. Maka skope kepuasan pelanggan ini menjadi agak luas, tergantung pada target (yang berubah-ubah) dalam pemenuhan kebutuhan yang diukurkan oleh pelanggan pada setiap transaksi dengan suatu produsen/perusahaan.

Dapat dikatakan bahwa kepuasan pelanggan bergantung kepada kualitas produk atau layanan dan bagaimana produk atau layanan tersebut dapat memenuhi atau sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Bagaimana mengetahui kecocokan produk atau layanan ini dengan kebutuhan pelanggan? Beberapa faktor yang dapat diidentifikasikan sebagai penentu kepuasan pelanggan berdasarkan penelitian para pengamat perilaku konsumen adalah:

1. Pelayanan yang memiliki nilai tambah

2. Disain, kemasan atau tampilan dari produk atau jasa

3. Aspek bisnis yang dapat ditimbulkan

4. Aspek emosional pelanggan

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pelanggan

Produk dengan kualitas yang prima apabila disampaikan kepada pelanggan dengan cara yang tidak simpatik, dapat mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan. Agar layanan dapat memuaskan pelanggan baik pribadi maupun kelompok (institusi) maka selain kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, juga harus memenuhi 4 persyaratan pokok :

Ø Tingkah laku yang sopan dari semua pihak yang berhubungan langsung dengan pelanggan termasuk keramahtamahan

Ø Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan.

Ø Ketepatan waktu penyampaian

Ø Faktor pendukung lainya seperti peraturan yang menjadi landasan kerja pelayanan, sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan, keterampilan petugas, dan faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

Bagaimana mengukurnya? Ada beberapa metode yang dapat dilakukan, salah satu metoda yang popular adalah RATER yang merupakan kependekan dari Reliability (faktor keandalan), Assurance (faktor keyakinan), Tangible (faktor yang berkaitan dengan hal yang berujut), Emphaty (faktor empati atau kepedulian terhadap pelanggan) dan Responsiveness (faktor ketanggapan). Mengenai pengukuran ini akan dibahas dalam tulisan tersendiri.

Faktor-faktor yang Menimbulkan Ketidakpuasan Pelanggan.

Perlu juga kita mengenali tidak hanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan tetapi juga sebaliknya yang dapat menimbulkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan pelanggan dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan perusahaan, misalnya karyawan yang tidak sopan, keterlambatan, kesalahan pencatatan transaksi. Sebaliknya, faktor eksternal yang di luar kendali perusahaan, seperti cuaca, gangguan pada infrastruktur umum, aktivitas kriminal, dan masalah pribadi pelanggan.

Selanjutnya beberapa kemungkinan response pelanggan terhadap terjadinya hal-hal yang tidak memuaskan adalah (1) tidak melakukan apa-apa, pelanggan yang tidak puas tidak melakukan komplain, tetapi mereka praktis tidak akan membeli atau menggunakan jasa perusahaan yang bersangkutan lagi; (2) akan melakukan komplain langsung kepada perusahaan sehingga perusahaan menyadari dan ada peluang memperbaiki, atau (3) tidak melakukan komplain langsung kepada perusahaan tetapi membicarakan kekesalannya kepada orang lain atau bahkan media cetak maupun internet. Semuanya memiliki konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan, sehingga harus benar-benar dilakukan tindakan preventive agar hal ini tidak terjadi atau kalaupun terjadi dapat segera ditangani dengan baik.

MENGGALI KEPUASAN PELANGGAN LEBIH KONTEKSTUAL

Ada tiga komponen umum yang dikandung dalam konsep kepuasan pelanggan (customer satisfaction/CS). Pertama, pengukuran respons konsumen terhadap produk/jasa. Kedua, respons terhadap CS mengacu pada fokus tertentu. Dan ketiga, ada unsur waktu, karena respons bisa muncul pada saat sebelum memilih, pada saat memilih atau setelah memilih.

Dengan demikian, CS sangat kontekstual terhadap siapa konsumen yang ditarget, seperti apa produk/jasanya, dan situasi atau waktu pada saat dilakukan studi. Upaya membandingkan secara langsung satu produk dengan lainnya, seperti yang dilakukan dalam pengukuran indeks, berarti menyederhanakan banyak aspek, karena yang dikejar adalah generalisasi atau pemahaman umum dengan menggunakan jenis pertanyaan yang sama antar produk/jasa.

Upaya mengukur indeks CS oleh Majalah SWA dan Frontier memang bagus dan berguna sebagai indikasi umum. Namun, perusahaan atau pemilik merek harus tetap menyelenggarakan studi CS secara terpisah, yang lebih sesuai dengan konteks merek. Pasalnya, survey di perusahaan tidak bisa dibuat hanya dengan menggunakan sebuah template yang sudah umum digunakan oleh banyak perusahaan lain dari tahun ke tahun. Template tersebut tidak bisa menjawab situasi yang dihadapi oleh merek. Ia akan salah menangkap dimensi elemen produk/jasa apa saja yang lebih penting pada kurun tertentu. Periset CS di perusahaan harus membuat batasan yang jelas dan spesifik tentang ketiga komponen CS seperti yang dijabarkan di atas.

Survey CS yang baik harus dimulai dengan eksplorasi isu dengan metode riset kualitatif. Hasil studi kualitatif akan memberikan gambaran yang lebih kaya tentang interaksi konsumen dengan merek, sehingga pada saat penyusunan pertanyaan dalam survey CS, isunya menjadi mendasar dan hasilnya bisa langsung diterapkan untuk menjawab permasalahan.

Dorongan riset kualitatif CS makin hari akan semakin kuat. Sebab, pada akhirnya siapa pun ingin membuat koneksi antara CS dan nilai keuangan (financial value) terhadap bisnis. Karena, yang menjadi pertanyaan selalu menyangkut bottom line pengelolaan merek, apakah ada hubungan langsung antara meningkatnya CS dan meningkatnya nilai keuangan merek. Mengejar CS tanpa batas akan menyebabkan turunnya profibilitas.

Selain itu, memasukkan dimensi customer dissatisfaction (CDS) dalam pengukuran CS juga diperlukan. Alasannya, CS adalah variabel yang sangat abstrak. Karena itu, ada kalanya bila konsumen diminta menjelaskan secara keseluruhan tingkat kepuasan terhadap sebuah produk atau merek, ia mengalami kesulitan untuk menjawab dengan akurat. Pendekatan dengan memisahkan factor yang menyebabkan CS dan yang menyebabkan CDS akan memberikan juga gambaran yang lebih konkret lagi, variabel apa dari sebuah produk/jasa yang masih oke, dan mana yang perlu memperoleh perhatian serius. Pengukuran CDS ini penting untuk mengidentifikasi hal-hal yang membuat frustasi konsumen, yang disebabkan penyederhanaan informasi dalam survey tidak tertangkap secara baik.

Belakangan ini banyak dibahas dan dilakukan studi Customer Experience Improvement Program (CEIP). Ini diyakini lebih bisa langsung menjawab permasalahan perusahaan, karena customer-oriented company mengerti hanya produk yang dimanfaatkan secara optimal oleh konsumennya yang akan membuat perusahaan bisa menghitung cost. benefit yang optimal pula. Saat ini Microsoft melakukan CEIP dengan cara memberikan opsi kepada penggunanya untuk ikut dalam studi usability. Dalam studi ini dilakukan pengamatan langsung terhadao perilaku konsumen terkait produk-produk yang digunakannya, dengan cara tracking dan mapping terhadap pemakaian produk sehari-hari. Studi usability merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam metode riset etnografi, yang diyakini dapat menangkap aspirasi dan kebutuhan konsumen secara lebih kontekstual dan bermakna.

12 September 2009

PANTAI JORONG TANAH LAUT KALSEL 3

Nah ini pang video 3, mugi2 menghibur hati panjenengan seberataan .......

PANTAI JORONG TANAH LAUT KALSEL 2

Kayak ini Pang video 2

kumaha atu...........?



Kakanakan lagi bamain itu nah......., piye seru tho......!

PANTAI JORONG TANAH LAUT KALSEL I

Jenuh juga otak kiri terus yang bekerja, masak teori melulu, nah sekarang kita lihat memori Pantai Jorong Tanah Laut Kalsel, yang membuat NYARAK PANG .......!



Lagi main di Pantai Jorong, kita semangat berpose untuk foto,, eh ga taunya si Pekhri lagi buat video,,, BANYAK TANGGUNGAN JUGA AKU ............... kadak kawak itu nah ....... !

06 September 2009

STRUCTURAL EQUATION MODELING

SEM (Structural Equation Modeling) merupakan teknik analisis yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel independen dengan satu atau beberapa variabel dependen. Masing-masing variabel dapat berbentuk faktor atau konstruk yang dibangun dari beberapa indikator. SEM merupakan pendekatan terintegrasi antara dua analisis yaitu analisis faktor dan analisis jalur (path analysis). Lee (2007:1) mengemukakan structural equation models are well recognized as the most important statistical method to serve the above purpose and can be applied to many fields. SEM menggunakan metode statistik untuk menyajikan data dalam pencapaian tujuan penelitian dan dapat menerapkan banyak model dalam menjawab rumusan masalah penelitian.

Analisis faktor secara apriori penelitian membangun suatu hipotesis berdasarkan teori dengan faktor strukturnya (Bollen, 1989). Parameter nilai error pada pengukuran variabel dan koefisien struktural (loading factor) yang menghubungkan secara linier variabel manifes dengan variabel latent merupakan faktor-faktor tiap variabel secara spesifik. Untuk mengetahui indikator dalam jabaran variabel tersebut merupakan alat pengukur faktor yang bersangkutan, maka perlu dikonfirmasi lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa validitas dan reliabilitasnya.

Analisis jalur dikembangkan untuk mempelajari pengaruh (efek) secara langsung maupun tidak langsung dari variabel eksogen (independen) terhadap variabel endogen (dependen). Hubungan kausal didasarkan pada data, pengetahuan, perumusan hipotesis, dan analisis logis, sehingga dapat dikatakan analisis jalur dapat digunakan untuk menguji seperangkat hipotesis kausal serta untuk menafsirkan hubungan tersebut. Berdasarkan konsep tersebut maka rancangan penelitian yang menggambarkan diagram jalur dijadikan pedoman dalam menganalisis dan menginterpretasikan hubungan yang dihipotesiskan.

Mulaik (1972) menyatakan terdapat tiga hal yang diperhatikan dalam SEM yaitu 1) struktur yang spesifik antara variabel latent eksogen dan endogen sudah terstruktur, sudah dapat dihipotesiskan, 2) sudah ditetapkan bagaimana untuk mengukur variabel latent eksogen, dan 3) pengukuran model untuk variabel latent endogen sudah dideterminasikan. Berdasarkan konsep tersebut tahap penelitian dalam analisis data dengan SEM adalah 1) uji validitas dan reliabilitas (setara dengan analisis faktor), uji model hubungan antar variabel (path analysis), dan 3) konfirmasi model (SEM).

Adapun langkah-langkah analisis SEM dalam penelitian ini adalah:

  1. Pengembangan model berbasis teori

Pengembangan model teoritis dilakukan dengan telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Berdasarkan rancangan penelitian pengajuan model kausalitas dengan adanya hubungan sebab akibat antara empat variabel berdasarkan justifikasi teoritis.

  1. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan hubungan kausalitas

Rancangan penelitian dibangun dan digambar dalam bentuk diagram jalur dengan tujuan mempermudah melihat hubungan-hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen yang akan diuji. Selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar menjadi persamaan dan persamaan menjadi estimasi.

  1. Konversi diagram jalur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran

Rancangan penelitian dikonversi secara spesifik ke dalam struktur persamaan yang menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk dan spesifikasi model pengukuran (measurement model).

  1. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun

Input data yang digunakan dalam analisis SEM adalah menggunakan matriks kovarian (matriks korelasi). Setelah masuk program SEM data segera dikonversi dalam bentuk matriks kovarian (matriks korelasi).

  1. Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem identifikasi ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang muncul yaitu 1) standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar, 2) program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya, 3) munculnya angka-angka aneh misalnya varians error yang negatif, dan 4) munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi.

  1. Evaluasi model

Kesesuaian model dapat dievaluasi dengan melihat berbagai kriteria goodness of fit. Secara garis besar uji goodness of fit model dapat digolongkan menjadi empat hal yaitu 1) ukuran sampel, 2) normalitas dan liniearitas, 3) multikoliniearitas, dan 4) validitas dan reliabilitas. Angka indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan model dalam penelitian ini adalah significance probability dengan nilai cut off > 0,05 yang berarti bahwa model sesuai.

  1. Interpretasi dan modifikasi model

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah model diestimasi harus mempunyai residual kovarian yang kecil. Batas jumlah residual adalah 5 %, jika residual > 5 % dari semua residual kovarian yang dihasilkan oleh model, maka perlu dipertimbangkan modifikasi model, misalnya dengan menambah jalur baru terhadap model yang diestimasi. Perubahan atau modifikasi model tersebut harus mempunyai dukungan dan justifikasi teori yang memadai.

Reference

Bollen, K. A. 1989. Structural Equation Models with Latent Variables. New York: John Wiley and Sons, Ltd.

Lee, S. Y. 2007. Structural Equation Modeling A Bayesian Approach. West Sussex: John Wiley and Sons, Ltd.

Mulaik, S. A. 1972. The Foundations of Factor Analysis. New York: McGraw Hilal Book Company.

STUDI KEPUSTAKAAN/MENYUSUN KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS PENELITIAN, DAN JENIS PENELITIAN

Kemampuan peneliti untuk menyusun kerangka teoritis akan sangat terkait dengan upaya penelusuran studi kepustakaan, sebagai upaya memperoleh sejumlah referensi yang mendukung dan tepat untuk membahas lingkup kajian penelitian yang dilakukan. Selanjutnya kerangka teoritis yang disusun akan bermanfaat pada saat peneliti menentukan hipotesis penelitian.

1. Studi Kepustakaan

Setelah seorang peneliti telah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan: teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya Studi Kepustakaan untuk penelitian.

Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Studi kepustakaan mempunyai beberapa fungsi, meliputi:

  1. Menyediakan kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang direncanakan.

  2. Menyediakan informasi tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

  3. Memberi rasa percaya diri bagi peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konstruksi yang berhubungan dengan penelitian telah tersedia.

  4. Memberi informasi tentang metode-metode, populasi dan sampel, instrumen, dan analisis data yang digunakan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.

  5. Menyediakan temuan, kesimpulan penelitian yang dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.

Studi kepustakaan dari sumbernya dibedakan menjadi dua bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada buku-buku dan artikel yang ditulis oleh para ahli yang dalam penyampaiannya sangat ditentukan oleh ide-ide atau pengalaman para ahli tersebut. Sebaliknya kepustakaan penelitian meliputi laporan penelitian yang telah diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah ilmiah.

Bagi para pemula disarankan untuk menggunakan studi kepustakaan yang berasal dari kepustakaan konseptual, untuk lebih memudahkan dalam merangkum dan mengkategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan pada saat akan membuat kerangka konseptual.

Didasarkan pada hal tersebut di atas, maka ada beberapa strategi dalam menyampaikan studi kepustakaan:

  1. Ungkapkan kajian pustaka yang benar-benar terkait erat dengan variabel penelitian.

  2. Ungkapkan kajian pustaka dengan urutan dari mulai paparan variabel bebas sampai dengan variabel terikat atau ungkapkan dari variabel yang cakupannya umum dan luas ke arah variabel yang spesifik. Tentu saja secara luas dan nampak saling menyapa antar paparan variabel tersebut dan bukan merupakan kumpulan kutipan sehingga tidak menjadi suatu pola pemikiran yang menyeluruh.

  3. Dapat diungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sampel dan demografinya, bila memang dibutuhkan.

2. Kerangka Konsep

Penentuan kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat membantu dalam menentukan arah kebijakan dalam pelaksanaan penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan.

Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.

Dengan adanya kerangka konseptual akan bermanfaat bagi:

  1. Minat penelitian akan lebih terfokus ke dalam bentuk yang layak diuji dan akan memudahkan penyusunan hipotesis.

  2. Memudahkan identifikasi fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, tergantung, kendali, dan variabel lainnya.

Contoh “pendidikan” adalah konsep. Agar dapat diukur maka dijabarkan dalam bentuk variabel, misalnya “tingkat pendidikan atau jenis pendidikan”. “Ekonomi keluarga” adalah konsep, maka diubah menjadi variabel “tingkat penghasilan”. Kedua konsep tersebut dapat disebut sebagai variabel bebas. Sedangkan konsep lainnya dapat disebut sebagai variabel terikat, misalnya perilaku membuang sampah. Konsep-konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Interkorelasi konsep

Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka konseptual tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi dasar yang berasal dari bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal ini dapat diperkuat dengan mengadakan amatan-amatan langsung pada lingkup area masalah yang akan dijadikan penelitian. Dengan demikian kerangka konseptual yang dibuat merupakan paduan yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-konsep (deduksi) dan hasil empirikal (induksi).

Pola berpikir deduksi adalah proses logika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Pola pikir induksi adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi.

3. Merumuskan Hipotesis

3.1 Pengertian hipotesis

Menyusun landasan teori juga merupakan langkah penting untuk membangun suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu hipotesis penelitian.

Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi, dalam hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:

  1. Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif.

  2. Membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.

3.2 Manfaat Hipotesis

Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.

  2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

  3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.

  4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:

  1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.

  2. Imajinasi dan pemikiran kreativ dari si peneliti.

  3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.

  4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

3.3 Ciri hipotesis yang baik

Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.

    2. Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.

    3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.

    4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.

    5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian.

Beberapa contoh hipotesis penelitian yang memenuhi kriteria yang tersebut di atas:

    1. Olahraga teratur dengan dosis rendah selama 2 bulan dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada pasien IDDM.

    2. Pemberian tambahan susu sebanyak 3 gelas per hari pada bayi umur 3 bulan meningkatkan berat badan secara signifikan.

3.4 Menggali hipotesis

Didasarkan pada paparan di atas, maka tentu saja merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi peneliti. Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber hipotesis. Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:

  1. Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

  2. Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.

  3. Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.

Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-sumber hipotesis dapat berasal dari:

  1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.

  2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.

  3. Materi bacaan dan literatur yang valid.

  4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.

  5. Data empiris yang tersedia.

  6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.

Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:

  1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang jelas.

  2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.

  3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.

3.5 Jenis-jenis Hipotesis

Penetapan hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat dari masalah penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang didekati dengan cara pandang: sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang mungkin muncul pada saat penetapan hipotesis.

3.5.1 Hipotesis dua-arah dan hipotesis satu-arah

Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa hipotesis satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai adanya perbedaan atau adanya hubungan.

Contoh hipotesis dua arah:

  1. Ada perbedaan tingkat peningkatan berat badan bayi antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan ganda.

  2. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar siswa.

Hipotesis dua-arah memang kurang spesifik, oleh karena itu perlu diformulasikan dalam hipotesis satu-arah. Contoh:

  1. Terdapat perbedaan peningkatan berat badan bayi yang signifikan antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan ganda.

  2. Ada hubungan yang cukup kuat antara tingkat kecemasan siswa dengan prestasi belajar siswa.

3.5.2 Hipotesis Statistik

Rumusan hipotesis penelitian, pada saatnya akan diuji dengan menggunakan metode statistik, perlu diterjemahkan dalam bentuk simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan hipotesis statistik adalah simbol-simbol parameter. Parameter adalah besaran-besaran yang apa pada populasi.

Sebagai contoh, hipotesis penelitian yang menyatakan adanya perbedaan usia menarche yang berarti antara siswi SMU I dan SMU II. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menarche antara siswi dari kedua sekolah tersebut. Dalam statistika, rata-rata berarti mean yang mempunyai simbol M, sedangkan parameter mean bagi populasi adalah . Oleh karena itu, simbolisasi hipotesis tersebut adalah:

Ha; 1≠ 2 (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik)

Ha: 1 > 2 (Hipotesis satu-arah) (tepat dan spesifik)

Atau

Ha; 1- 2 ≠ 0 (Hipotesis dua-arah)

Ha: 1 - 2 > 0 (Hipotesis satu-arah) IDM

Dengan demikian simbol Ha berarti hipotesis alternatif, yaitu penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja. Jadi, statistik sendiri digunakan tidak untuk langsung menguji hipotesis alternatif, akan tetapi digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif merupakan konsekuensi dari penolakan atau penerimaan hipotesis nihil.

Hipotesis nihil atau null hypothesis atau Ho adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel. Hipotesis nihil berisi deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Contoh dari hipotesis nol secara statistik adalah:

Ho; 1- 2 = 0 (Hipotesis dua-arah)

Ho: 1= 2= 0 (Hipotesis satu-arah)

Pada akhirnya penolakan terhadap hipotesis nihil akan membawa kepada penerimaan hipotesis alternatif, sedangkan penerimaan terhadap hipotesis nihil akan meniadakan hipotesis alternatif.

3.6 Kesalahan dalam perumusan hipotesis dan pengujian hipotesis

Dalam perumusan hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam perumusan hipotesis ada dua macam yaitu:

    1. Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha dan diberi simbol atau dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.

    2. Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta dan diberi simbol .

Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0.05 atau 0.01, sedangkan untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan nyawa manusia, diambil taraf signifikansi 0.005 atau 0.001 bahkan mungkin 0.0001. Misalnya saja ditentukan taraf signifikansi 5% maka apabila kesimpulan yang diperoleh diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan tepat untuk 95 orang dan 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.

Cara pengujian hipotesis didekati dengan penggunaan kurva normal. Penentuan harga untuk uji hipotesis dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan sebaliknya.

4. Jenis Penelitian

Jenis-jenis penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar keilmuan yang dimiliki oleh para pakar dalam memberikan klasifikasi akan jenis penelitian yang diungkapkan. Namun demikian, jenis penelitian secara umum dapat digolongkan sebagaimana yang akan dipaparkan berikut ini.

4.1. Jenis Penelitian Menurut Pendekatan Analitik

Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

4.1.1 Jenis penelitian kuantitatif

Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metoda statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitaif merupakan penelitian dengan jumlah sampel besar.

Bila disederhanakan penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif secara mendalam dibagi menjadi: penelitian deskriptif dan penelitian inferensial.

a. Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Analisis yang sering digunakan adalah: analisis persentase dan analisis kecenderungan. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum. Jenis penelitian deskriptif yang cukup dikenal adalah penelitian survei.

b. Penelitian inferensial

Penelitian inferensial melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian, kesimpulan penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif saja, dan kesimpulannya adakalanya bersifat umum.

4.1.2 Jenis penelitian menurut pendekatan kualitatif

Penelitian dengan pendekatan kualitatif pada umumnya menekankan analisis proses dari proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, akan tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

4.2 Jenis Penelitian Menurut Tujuan

Jenis penelitian menurut tujuan terdiri dari:

4.2.1 Penelitian Eksploratif

Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokkan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.

4.2.2 Penelitian Pengembangan

Jenis penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan aspek ilmu pengetahuan. Misalnya: penelitian yang meneliti tentang pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun.

4.2.3 Penelitian Verifikatif

Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Misalnya saja, masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit. Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang air tersebut mengandung zat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata.

4.3 Jenis Penelitian Menurut Waktu

4.3.1 Penelitian Longitudinal

Penelitian longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri: waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu, dan dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Jenis penelitian ini sering digunakan pada penelitian lingkup Epidemiologi dengan beberapa rancangan yang khas, seperti kohort, cross-sectional, dan kasus kontrol.

                1. Kohort

Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow up atau penelitian insidensi, yang dimulai dengan sekelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam sub-kelompok tertentu sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit atau outcome.

Penelitian kohort memberikan informasi terbaik tentang penyebab penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko timbulnya penyakit. Jadi ciri umum penelitian kohort adalah:

a. dimulai dari pemilihan subyek berdasarkan status paparan.

    1. melakukan pencatatan terhadap perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.

    2. dimungkinkan penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi.

    3. peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan.

Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif, tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti mau mengadakan penelitian.

Rancangan penelitian kohort prospektif, jika paparan sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya. Rancangan kohort retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian prospektif historik.

b. Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian)

Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode tertentu.

Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dari populasi tersebut. Instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuisioner.

c. Penelitian Kasus Kontrol (case control)

Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayar terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dari populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.

4.4 Jenis Penelitian Menurut Rancangan

Ada beberapa jenis penelitian yang didasarkan pada rancangan yang digunakan untuk memperoleh data, misalnya penelitian korelasional, kausal-komparatif, eksperimen, dan penelitian tindakan (action research).

4.4.1 Penelitian Korelasional (correlational research)

Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.

Contoh penelitian korelasional yang umum dilakukan:

  1. Studi yang mempelajari hubungan antara skor pada test masuk perguruan tinggi dengan indeks prestasi semester pada mahasiswa STIKes di Wilayah Jawa Barat.

  2. Studi analisis faktor mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan, pendidikan, dan status sosial dengan pemilihan jenis persalinan di desa tertinggal.

4.4.2 Penelitian Kausal-Komparatif (causal-comparative research)

Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Penelitian kausal-komperatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat sebagai “dependent variable” dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.

4.4.3 Penelitian Eksperimental-Sungguhan (true-experimental research)

Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Ciri utama dari penelitian eksperimen meliputi:

  1. Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara rambang).

  2. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai perlakuan eksperimental.

  3. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians dengan cara: pemilihan subyek secara acak, penempatan subyek dalam kelompok-kelompok secara rambang, dan penentuan perlakuan eksperimental kepada kelompok secara rambang.

  4. Validitas internal merupakan tujuan pertama metode eksperimental.

  5. Tujuan ke dua metode eksperimental adalah validitas eksternal.

  6. Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

4.4.4 Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental research)

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Ciri penelitian eksperimen semu meliputi:

  1. Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut.

  2. Subyek penelitian adalah manusia, misalnya dalam mengukur aspek minat, sikap, dan perilaku.

c. Tetap dilakukan randomisasi untuk sampel, sehingga validitas internal masih dapat dijaga.

4.4.5 Penelitian Tindakan (action research)

Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.

Contoh penelitian tindakan misalnya adalah:

a. Penelitian tentang pelaksanaan suatu program inservice training untuk melatih para konselor bekerja dengan anak putus sekolah;

b. Penelitian untuk menyusun program penjajagan dalam pencegahan kecelakaan pada pendidikan pengemudi;

c. Penelitian untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan teknologi modern atau metode menanam padi yang inovatif.

Ciri penelitian tindakan adalah:

  1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

  2. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan baru.

  3. Penelitian mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasar pada pendapat subyektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.

  4. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan on-the spot experimentation dan inovasi.