29 Juni 2010

METODE KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE

  1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec dalam Nurhadi dkk., 2004:60). Usaha kerja sama masing-masing anggota kelompok mengakibatkan manfaat timbal balik sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok memperoleh prestasi, kegagalan maupun keberhasilan ditanggung bersama. Siswa mengetahui bahwa prestasi yang dicapai disebabkan oleh dirinya dan anggota kelompoknya, siswa merasakan kebanggaan atas prestasinya bersama anggota kelompoknya.

Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja sama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengoordinasikan usaha-usahanya untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu kelompok.

Menurut Holubec dalam Nurhadi dkk. (2004:60) pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras. Ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan akuntabilitas individu, keterampilan antarpersonal, peningkatan interaksi tatap maka dan pemrosesan.

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar,

  2. Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, dan rendah,

  3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin

  4. Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu (Estiti, 2006:8),

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun kemampuan.

  1. Model Think Pair Share

Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

  1. Pola Pemberdayaan Berpikir melalui Pertanyaan

Pola pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan (PBMP) merupakan suatu pola pemberdayaan pertanyaan penalaran. Tampilan PBMP sepintas terlihat sebagai suatu macam LKS yang dikenal saat ini, perbedaan substansialnya justru sangat mencolok, perbedaan substansial itu bersangkut paut dengan karakteristiknya yang sangat memberdayakan penalaran siswa, dari hal ini dapat diketahui bahwa pola PBMP merupakan salah satu alat yang sangat berpotensi dalam mengembangkan penalaran siswa (Vivilia, 2006:14).

Penalaran secara terprogram diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Apabila upaya tersebut dilaksanakan terus menerus maka dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia berkualitas yang mempunyai daya saing di tengah-tengah percaturan global.

Struktur umum lembar siswa bercirikan PBMP adalah: Sediakan, Lakukan, Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi dan Arahan. Lakukan meliputi kegiatan, penulisan hasil pengamatan, dan renungkan. Struktur tersebut digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang didukung oleh kerja kelompok dan kerja demonstratif. Sedangkan struktur lembar siswa yang tidak didukung oleh kerja kelompok dan kerja demonstratif adalah Pendahuluan, Sediakan, Lakukan, Ringkasan (Pikirkan), Evaluasi dan Arahan. Renungkan sebenarnya berisi kaitan antara data pengamatan dan aneka hal lain yang ada hubungannya dengan masyarakat, dalam hubungan ini dapat dinyatakan substansi pada bagian renungkan merupakan perluasan pikiran pada bagian amatan.

Pada bagian Pikirkan berisi kesimpulan dari konsep dan subkonsep (kesimpulan dapat pula diambil atas dasar data amatan maupun butir-butir pikirkan pada bagian renungkan). Evaluasi berisi tentang pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa. Sedangkan pada bagian Arahan berisi poin-poin apa yang dapat dilakukan siswa untuk dapat menyelesaikan kegiatan ataupun pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar PBMP tersebut (Habibah, 2008:16)

Siswa dilatih menalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawaban mereka, kemudian pasangan-pasangan yang telah dibentuk tersebut melaporkan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. Pembelajaran PBMP sejatinya siswa diminta membaca atau mencari informasi dari berbagai sumber.

  1. Sintaks Gabungan PBMP dan TPS

Adapun sintaks gabungan PBMP dan TPS (Corebima dalam Vivilia, 2006:27) dapat diamati dalam Gambar 1.

Gambar 1 Sintaks gabungan PBMP dan TPS

  1. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hal kompleks yang terjadi sehari-hari dan merupakan suatu proses perubahan bagi siswa dalam menghadapi bahan ajar. Bahan ajar dapat berupa keadaan alam, belajar tumbuhan dan manusia. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang cukup luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor sehingga dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan berpikir, sikap dan alam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar menurut taksonomi Bloom terdiri dari tiga ranah: 1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikut disebut kognitif tingkat tinggi; 2) ranah afektif berkenaan dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa, maupun respons siswa dalam kegiatan membaca, menyimak, berbicara, maupun menulis, perkembangan siswa dalam menguasai isi pembelajaran, sikap/kemampuan siswa bekerja sama, partisipasi siswa, kemampuan bertanya, atau minat siswa terhadap pembelajaran (Susanto, 2006:7); dan 3) ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Arikunto (2003: 182) pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan, hal-hal yang diamati dalam ranah psikomotoris ini berupa keterampilan dalam menyiapkan alat, memperhatikan kebersihan serta mampu bekerja sama.

Menurut Susanto (2006:1) belajar merupakan proses di mana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi luar dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Belajar dapat berlangsung secara efektif apabila hasil belajar yang dicapai mendekati atau sama dengan tujuan belajar yang diharapkan.

Hasil belajar yang demikian dapat dicapai antara lain apabila kegiatan mengajar atau menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa, keefektifan belajar akan semakin tinggi bila kegiatan mengajar sesuai dengan faktor intern (intelegen, kemampuan, motivasi, emosional, kebutuhan, dan gaya belajar), maupun faktor ekstern (lingkungan, keluarga) sehingga dapat dikatakan bahwa mengajar yang efektif adalah mengajar yang sesuai bagi setiap siswa. Terciptanya proses belajar yang efektif dan efisien akan menjadikan hasil belajar lebih berarti, lebih bermakna serta berdaya guna pada diri individu yang belajar.

  1. Proses Belajar

Proses belajar adalah suatu proses interaksi mengajar antara guru dan siswa yang di dalamnya terdapat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang berarti kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Aktivitas siswa merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran untuk memperoleh konsep aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Proses belajar mengajar (PBM) merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses belajar mengajar memiliki 4 komponen, yaitu tujuan, bahan, metode dan alat penilaian (Rusyan, 1989:28). Keempat komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berpengaruh satu sama lainnya.

Diedrich dalam Nasution (2000) membuat suatu daftar yang berisi macam-macam aktivitas siswa antara lain:

  1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain,

  2. Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi,

  3. Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato,

  4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, dan menyalin,

  5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, dan pola,

  6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, dan memelihara binatang,

  7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan,

  8. Emotional activities, misalnya menarik minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Penilaian Proses Belajar adalah upaya memberikan nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Penilaian ini dapat dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain, sebab hasil merupakan akibat dari proses.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaliyah, C. 2003. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Fluida Diam Siswa Kelas 1 MAN 2 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Chapsah, U. 2004. Peningkatan Kemampuan Berpikir dan Hasil Beajar Siswa melalui Metode TPS dengan Pola PBMP pada Matapelajaran Kelas III SLTP Negeri I Tumpang Kabupaten Malang. Malang: Lemlit UM.

Corebima. 2004. Pengembangan Lembar PBMP (TEQ) dalam Pembelajaran IPA-Biologi. Makalah disajikan dalam rangka Upaya Peningkatan Pembelajaran di National School Buin Batu Town Site NTT, Desember.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi dan Belajar Siswa Kelas XII IPA SMAN I Gondangwetan Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Habibah, K. N. 2008. Pengaruh Strategi Pembelajaran PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) dan TPS (Think Pair Share) terhadap Kemampuan Berpikir Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII Di SMPN 4 Malang Pada Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Ibrohim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Islamiyah, M. 2007. Penerapan Pendekatan Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, Dan Masyarakat) melalui TPS (Think-Pair-Share) untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 1 Paciran Lamongan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Kuntari, D. 2005. Penerapan Pola PBMP dengan Metode TPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Hasil belajar Siswa Kelas X SMU 2 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. UM.

Mbulu. 2003. Pengajaran Individual. Malang: Yayasan Elang.

Ni’matul janah, Iis. 2006. Pengaruh Penerapan Pola PBMP dengan Metode TPS terhadap Kemampuan Berpikir dan Hasil Belajar Siswa Berkemampuan Tinggi dan Rendah pada Pembelajaran Biologi Kelas VII SMP 1 Tumpang Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Contextual (Contectal Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM.

Palisoa, N. 2006. Penerapan Metode Praktikum untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas 1 SMP Wahid Hasym Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Pitaloka, P. 2006. Hubungan antara Akademik Life Skill dan Hasil Belajar pada Pembelajaran Biologi dengan Pola PBMP dan Metode TPS di kelas 3-D SMPN I Kepanjen Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rusyan, A.T. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya CV.

Robinson, A. 1988. Azas-azas Praktek Mengajar.Jakarta: Bhrata CV.

Sirait, B. 1981. Menyusun Hasil Tes Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Suliyatin. 2003. Penerapan Kegiatan Praktikum Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMUN 1 Sidayu Gresik. Skripsi tidak diterbitkan Malang: UM.

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, A. 2008. Penilaian Hasil Belajar (Online) http://let’s talk about edication.html diakses tanggal 2 januari 2010.

Suparmi. 2007. Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dengan Metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas XI IPS I SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang pada Mata Pelajaran Akuntansi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Sunarsih. 2006. Penerapan TPS dalam Pembelajaran Konstruktivis untuk Meningkatkan Proses Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 2 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Susanti, A. 2009. Penerapan Pola PBMP dengan Metode TSTS (Two Stay Two Stray) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X-2 SMAN 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: UM.

Susanto, P. 2006. Pengajaran Mikro Berbasis Kompetensi. Malang: UPT PPL UM.

Susilo, H. 2005. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Makalah Disampaikan pada Pelatihan PBMP pada Pembelajaran dengan Tema Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Selama Pembelajaran sebagai Langkah Strategis Implementasi Kurikulum 2004 bagi Para Guru dan Mahasiswa Sains Biologi dalam Rangka RUKK, Malang 25 Juni.

Vivilia, N. 2006. Pengaruh Penerapan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dengan Metode TPS terhadap Pencapaian Kecakapan Akademik dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP 11 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.

Yanis, M. 2007. Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Zulkifli. 2001. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Materi Usaha Kelas 2 SLTP 2 Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM

9 komentar:

  1. ma kasih infonya ya mas karena saya sangat terbantu...

    BalasHapus
  2. thx infonya,sesuai dg skripsi yg sdg sy buat

    BalasHapus
  3. trim buat infonya
    sangat membantu bnget buat q

    BalasHapus
  4. mudah2an bermanfaat, matur suwun semua .....

    BalasHapus
  5. Think-pair-share - cocok untuk kelas awal VII
    thanks infonya

    BalasHapus
  6. mas, klo boleh tau apa judul buku yg memuat tentang think pair share ini yg memuat lebih detilnya?
    soalnya saya lg bikin skripsi mengenai ini...
    dan apakah cocok untuk mata pelajaran TIK SMA?
    trimakasih sblmnya mas..
    wassalam...
    mohon blasannya y...

    BalasHapus
  7. trim, saya sedang membuat PTK

    BalasHapus
  8. Apakah coxok untuk diterapkan pada siswa kls 5 pembelajaran ipa???

    BalasHapus