15 September 2011

Syarat dan Teknik TQM dalam Bidang Pendidikan

Menurut Supriyanto (1999:43) agar program-program yang dibawa melalui TQM dapat berhasil dengan baik, maka terdapat persyaratan yang harus dipenuhi jika TQM diimplementasikan dalam institusi pendidikan, yaitu:

    1. Peningkatan secara berkesinambungan

Ditinjau dari segi TQM sebagai suatu pendekatan, maka TQM mencari suatu bentuk permanen dalam lembaga, sehingga fokus bukan diarahkan pada kebijaksanaan jangka pendek, tetapi diarahkan pada kebijaksanaan jangka panjang melalui pendekatan kualitas.Untuk menciptakan suatu budaya peningkatan kualitas yang berkelanjutan dalam sebuah organisasi pendidikan, maka pimpinan harus memberikan kepercayaan kepada staf yang dipimpinnya, sehingga dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada staf, maka staf akan memiliki tanggungjawab untuk menciptakan kualitas terbaik sesuai dengan komitmen yang telah disepakati.

    1. Perubahan budaya

Menurut Robbins (dalam Supriyanto 1999:44) ada tiga langkah pengelolaan perubahan, yaitu: unfreezing, moving, and refreezing. Unfreezing yang berarti pelelehan merupakan upaya perubahan budaya yang bertujuan untuk mengatasi adanya tekanan, baik tekanan secara individual maupun kelompok. Moving atau perubahan mempunyai makna suatu gerakan perpindahan dari keadaan lama ke keadaan baru. Sedangkan refreezing atau pembekuan, merupakan suatu bentuk permanenisasi dari suatu perubahan yang telah ada dalam suatu organisasi.

    1. Organisasi ke atas samping – bawah

Implementasi TQM pada organisasi pendidikan dapat berhasil apabila pimpinan perlu menciptakan suatu komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan semua media secara multi arah kepada seluruh staf yang ada di dalam organisasi.

    1. Menjaga hubungan dengan pelanggan

Agar kebutuhan pelanggan pendidikan dapat terpenuhi, maka sebaiknya pimpinan lembaga pendidikan perlu mengembangkan paradigma baru bahwa yang semula kecenderungannya acuh dengan pelanggan, di masa mendatang harus memprioritaskan dan memuaskan pelanggan.

    1. Kolega sebagai pelanggan

Fokus TQM terhadap pelanggan bukan sekedar memenuhi kebutuhan dari luar, tetapi kolega yang ada dalam lembaga juga merupakan pelanggan. Karena itu, keseimbangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan eksternal sangat diperlukan.

    1. Pemasaran internal

Pemasaran internal merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan berbagai informasi kepada para staf tentang apa yang terjadi dalam lembaga, sehingga staf memiliki kesempatan untuk memberikan ide umpan balik. Pemasaran internal diharapkan dapat menjadi pendongkrak pada pemasaran eksternal.

    1. Profesionalisme dan fokus pelanggan

Pandangan tradisional berpendapat bahwa profesi guru dianggap sebagai penjaga kualitas dan standar, sehingga konsep TQM yang menekankan anggapan pelanggan sebagai penyebab terjadinya konflik dalam pengelolaan pendidikan perlu diluruskan. Karena itu perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana cara agar guru dan peserta didik dapat memperoleh keuntungan dari perubahan yang terjadi.

    1. Kualitas belajar

Lembaga yang akan menerapkan TQM harus mengantisipasi gaya belajar bagi peserta didik secara serius, sehingga didapatkan strategi yang baik untuk masing-masing individu atau peserta didik yang memiliki perbedaan dalam belajar.

    1. Mengatasi hambatan dalam mempertahankan TQM

TQM merupakan pekerjaan yang membutuhkan kesetiaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa hambatan. Agar semua permasalahan dapat diselesaikan, maka diperlukan alat dan teknik TQM yang dapat digunakan untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, dalam TQM terdapat alat dan teknik yang dapat dipergunakan untuk mengatasi hambatan atau permasalahan yang dialami oleh organisasi pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Supriyanto (1999:50). Alat dan teknik TQM dimaksud diadopsi dari pemikiran Sallis (1993), Tenner dan DeToro (1992), dan Murgatroyd dan Mogan (1993) yang diuraikan secara singkat sebagai berikut: brainstorming (curah pendapat), affinity networks (jaringan kerja saling terkait), fishbone or Ishikawa diagrams (diagram sebab akibat, tulang ikan, atau Ishikawa, force – field analysis/ alat dan teknik yang digunakan untuk mempelajari suatu situasi yang memerlukan perubahan), process charting (untuk memberi keyakinan bahwa institusi memahami secara tepat siapa sebenarnya pelanggan/konsumennya sekaligus dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk melayani dan memuaskan mereka), flowchart, pareto analysis, benchmarking (simbol/tanda untuk menentukan tinggi suatu daerah) adalah suatu standar untuk pengukuran performansi, career-path mapping (penggambaran jalan karir untuk mengidentifikasi kejadian penting atau hambatan potensial dalam karir para peserta didik).

Konsep Dasar Kegiatan Belajar-Mengajar

Belajar adalah proses kognitif, persepsi, dan pengembangan verbal (Hamalik, 1990:64). Burton menyatakan bahwa learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment (Mustiningsih, 2001:1). Belajar diartikan sebagai proses dimana timbulnya atau diubahnya kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Lebih lanjut Hilgard berpendapat bahwa learning is the process by which an activity originates or changed through training procedurs (whetver in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not atribute to training (Sanjaya, 2006:89).

Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun di dalam lingkungan alamiah. Belajar juga dapat dikatakan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai prilaku belajar (Sukmadinata, 2005: 52). Pembelajaran merupakan aktivitas guru yang berupa kegiatan penciptaan sistem lingkungan yang dimaksudkan agar mental dan pikiran anak terdorong dan terangsang untuk melakukan aktivitas belajar (Saputra, 2001:1).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar sebenarnya merupakan sebuah proses perubahan dari tiga ranah pendidikan, yaitu perubahan afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotorik (keahlian). Perubahan ini tentunya adalah perubahan ke arah positif melalui proses pembelajaran di lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, maupun di lembaga pendidikan formal dan non formal.

Menurut Bidge terdapat tiga rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme, dan cognitive gestalt field (Sukmadinata, 2005:53). Menurut rumpun teori disiplin mental, dari kelahirannya, anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut. Kelompok teori belajar behaviorisme dikenal juga dengan teori S – R (Stimulus – Respon). Teori ini berpendapat bahwa seorang individu tidak memiliki atau tidak membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan. Teori ini menganggap bahwa perkembangan seseorang menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat, dan diamati. Selanjutnya adalah teori cognitive gestald field. Menurut teori ini, belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru. Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri. Gestald Field melihat bahwa belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, dan kreatif (Sukmadinata, 2005:55).

Mengajar dapat diartikan menyerahkan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kepada anak didik. Dengan kata lain mengajar belajar berarti mewariskan kebudayaan dari masyarakat generasi tertentu kepada generasi penerusnya (Mustiningsih, 2001:2). Clarke berpendapat bahwa mengajar yaitu kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan pada tingkah laku murid (Mustiningsih, 2001:6). Mengajar dapat juga diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar (Sukmadinata, 2005:131). Inti dari definisi yang telah dikemukakan, maka mengajar adalah suatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seorang tenaga pendidik sebagai tuntutan profesi guru yang mereka miliki dengan cara memberikan transfer ilmu pendidikan sesuai dengan tiga ranah pendidikan. Mengajar itu berat (teaching is taft), karena di dalam proses mengajar, seorang guru juga mendidik. Dalam mendidik, guru tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan maupun keterampilan saja kepada didikannya, tetapi juga dituntut untuk mampu mengarahkan peserta didik tersebut agar memiliki sikap, prilaku, dan moral yang benar. Sehingga nantinya diharapkan terdapat keseimbangan antara kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

Disimpulkan bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah pendidikan. Keduanya merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidiknya. Kegiatan belajar-mengajar dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1).

Implementasi Total Quality Management dalam Kegiatan Belajar-Mengajar

Field berpendapat bahwa untuk menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan (Syafaruddin 2002:81), ada 10 langkah yang harus dilalui:

  1. Mempelajari dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh;

  2. Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus;

  3. Menilai jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu;

  4. Membangun sistem mutu terpadu (kebijakan mutu, rencana strategis mutu, implementasi rencana, rencana pelatihan, organisasi dan struktur, prosedur bagi tindakan perbaikan, pendefinisian terhadap nilai tambah tindakan);

  5. Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja;

  6. Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan koreksi dengan menggunakan teknik dan alat manajemen mutu terpadu;

  7. Memilih dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan;

  8. Tetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya;

  9. Menciptakan komitmen dan strategi yang benar oleh pemimpin yang akan menggunakannya, dan

  10. Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat luas.

Salah satu komitmen yang harus diutamakan sekolah dalam menerapkan TQM pada kegiatan belajar-mengajar adalah kebutuhan pelanggan sekolah itu sendiri. Berikut jenis pelanggan pendidikan menurut Sallis (2006:71).

Pendidikan = Jasa (nilai tambah yang diberikan pada

pelajar)

Pelajar = Pelanggan atau klien eksternal utama

Orangtua/Kepala Daerah/Sponsor = Pelanggan eksternal kedua

Pemerintah/masyarakat/bursa kerja = Pelanggan eksternal ketiga

Guru/staf = Pelanggan internal

Untuk mengimplementasikan TQM pada kegiatan belajar-mengajar siswa di SMK, pihak sekolah dapat menerapkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) yang dalam dunia industri dipergunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan masalah. Siklus PDCA diperkenalkan oleh Deming, salah satu tokoh TQM (Slamet, dkk 1996:5). Pada siklus Deming ini, proses penyelesaian masalah dengan menggunakan siklus perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Berikut delapan langkah dalam penyelesaian masalah berdasarkan siklus PDCA Deming.

Gambar 2.3 Siklus PDCA (Slamet dkk, 1996:5)

Perencanaan (Plan)

Menurut Tampubolon (Slamet, dkk 1996:4) tahap perencanaan dimulai dari:

Langkah (1) : Tentukan problem utama. Apabila banyak problema yang dihadapi, carilah yang paling penting;

Langkah (2) : Tentukan faktor penyebab;

Langkah (3) : Tetapkan urutan penyebab;

Langkah (4) : Perumusan rencana penanggulangan dan sasaran.

Apabila tahap perencanaan dari siklus PDCA ini kita kembangkan pada tahap perencanaan di kegiatan belajar-mengajar siswa, maka langkah pertama yang harus dilakukan sekolah adalah menetapkan permasalahan di seputar kegiatan pembelajaran secara sistematis. Dalam menentukan urutan masalah, kepala sekolah harus mengikutsertakan staf dan guru untuk membicarakannya. Sebaiknya kepala sekolah membentuk kelompok kerja atau tim khusus perbaikan untuk berpartisipasi dalam pembuatan rencana perbaikan. Dalam mengidentifikasi permasalahan seputar kegiatan belajar-mengajar hendaknya sekolah dapat membatasi permasalahan yang ada, kemudian mencari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mungkin saja ada dari fokus masalah melalui analisis SWOT/SWOT analysis (Strenghts, Weaknessess, Opportunities, Threat).

Setelah dilakukan identifikasi fokus masalah melalui analisis SWOT, tim akan mudah menentukan penyebab dari masalah yang ada. Langkah selanjutnya adalah tim perbaikan harus menetapkan urutan penyebab masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar secara sistematis berdasarkan permasalahan terpenting terlebih dahulu, hingga ke permasalahan ringan. Tahap dari akhir perencanaan ini adalah tim perbaikan/pihak sekolah wajib mengadakan perumusan langkah perbaikan atau usaha pemecahan masalah yang akan dilakukan, beserta maksud dan tujuan dari langkah penanggulangan itu.

Pelaksanaan (Do)

Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap implementasi rencana-rencana penanggulangan dari masalah yang ada. Pada tahap ini, menurut Tampubolon (dalam Slamet, dkk 1996:4), perencanaan yang telah ada dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pada tahap pelaksanaan ini, tim perbaikan sebaiknya harus tetap memantau proses implementasi maupun hasilnya. Apabila pada saat proses pelaksanaan rencana, tiba-tiba terjadi peristiwa dengan keadaan yang tidak terprediksi sebelumnya, maka pihak sekolah harus mampu mengadakan penyesuaian sesuai dengan kondisi tersebut.

Evaluasi (Check)

Pada tahap evaluasi ini, tim perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar harus mengadakan pemantauan terhadap semua bagian kegiatan dari proses pelaksanaan rencana yang telah dilaksanakan. Evaluasi dijalankan untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan berhasil sesuai rencana atau terdapat penyimpangan Tampubolon (dalam Slamet, dkk 1996:4). Pada tahap ini, buatlah alat atau cara untuk memantau (memonitor) pelaksanaan proses dan hasilnya, konfirmasikan bahwa cara atau alat itu absah untuk digunakan, apakah evaluasi itu mendatangkan efek yang diinginkan, apakah ada konsekuensi yang tak diharapkan (Slamet, dkk 1996:9).

Tindak Lanjut (Act)

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari siklus PDCA. Tim perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar sekolah harus menetapkan usulan standar lanjutan berdasarkan hasil yang telah didapatkan, kemudian tim perbaikan mutu menetapkan langkah perbaikan berikutnya untuk permasalahan yang belum terselesaikan. Menurut Slamet, dkk (1996:9) langkah tindak lanjut tersebut sebagai berikut:

  1. Nilailah hasil-hasil yang dicapai demikian pula proses pemecahan masalah dan perubahan proses yang direkomendasikan;

  2. Teruskan perbaikan proses bila diperlukan, bakukan bila memungkinkan;

  3. Rayakan keberhasilan yang dicapai.

18 Agustus 2011

Konsep Proposisi

  1. Pengertian

    • Merupakan unsur pokok kedua dari penalaran, yaitu membuat putusan, sebagai kegiatan mental/pikiran, yang diekspresikan secara verbal dalam proposisi.

    • Pengakuan atau pengingkaran sesuatu tentang sesuatu yang lain, yang berlangsung di dalam akal budi. Putusan (yang terjadi dalam akal budi ini) dapat diungkapkan dalam sebuah proposisi.

    • Pernyataan yang di dalamnya manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.

  1. Perbandingannya dengan Pengertian

Pengertian ialah gambaran pikiran dari sebuah objek. Putusan ialah pernyataan hubungan antara kedua gambaran itu (mengiyakan atau mengingkari). Mengiyakan: “Monopoli adalah tindakan yang merusak mekanisme pasar”. Mengingkari: “Deregulasi bukanlah tindakan yang merusak mekanisme pasar”.

Pengertian tidak dikatakan benar atau salah. Putusan: dapat dikatakan benar atau salah. Proposisi disebut sebagai “tempat kebenaran” bukan bahwa proposisi itu selalu benar, melainkan karena hubungan yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat benar dan dapat salah.

  1. Unsur-unsur proposisi

    • Term subyek: hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.

    • Term predikat: apa yang diakui atau diingkari tentang subyek.

    • Kopula: penghubung (adalah, bukan / tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan itu.

Setiap proposisi selalu mengandung ketiga unsur itu. Itu sebabnya setiap proposisi selalu berupa kalimat, meskipun tidak setiap kalimat adalah proposisi. Dalam logika, sebuah kalimat adalah proposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau salah (dapat dinilai benar atau salah) = kalimat berita (informatif).

  1. Macam-macam Proposisi

Pertama merdasarkan sifat pengakuan atau pengingkarannya: (1) Proposisi kategoris: proposisi dimana pengakuan atau pengingkaran atas hubungan term subyek dan term predikat berlaku tanpa syarat. Musalnya: “Semua Bank Nasional adalah bank bermasalah”; (2) Proposisi hipotesis: proposisi dimana pengakuan atau pengingkaran atas hubungan term subyek dan term predikat bergantung kepada syarat yang harus dipenuhi. Kisalnya: “Jika kepada seorang karyawan diberi pekerjaan yang dia senangi, maka motivasinya akan meningkat”. (Ini disebut proposisi hipotesis kondisional, kopulanya adalah: Jika… maka…).

Kedua berdasarkan materinya: (1) Proposisi analisis: Term predikat tidak menambahkan unsur pengertian baru kepada term subyek. Predikat hanya sekedar menyebutkan sifat hakiki yang pasti terdapat pada subyek. Misalnya: “Ibu Mr. X adalah wanita”, “Keuntungan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya”; (2) Proposisi sintesis: term predikat menambahkan unsur pengertian baru kepada term subyek. Misalnya: “Ibu Mr. X ternyata pandai memasak”, “Pajak pendapatan adalah 20%”.

Ketiga berdasarkan bentuk atau kualitasnya: (1) Proposisi afirmatif: kopulanya positif = mengakui atau mengiyakan hubungan antara term subyek dan term predikat. Contoh: “Organisasi bisnis adalah organisasi yang berorientasi profit”; (2) Proposisi negatif: kopulanya negatif = menolak atau mengingkari hubungan antara term subyek dan term predikat. Contoh: “Yayasan bukanlah lembaga yang berorientasi profit”.

Keempat berdasarkan luas atau kuantitasnya. Dibedakan antara proposisi singular, proposisi partikular, dan proposisi universal. Kuantitas suatu proposisi ditentukan oleh luas term subyek proposisi itu.

13 Agustus 2011

Syiiran

Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran

Kelawan muji maring pengeran

Kang paring rohmat lan kenikmatan

Rino wengine tanpo petungan

Kumulai menguntai syairan

Dengan memuji pada Tuhan

Yang merahmati dan memberi nikmat

Siang malam tanpa hitungan

Duh bolo konco priyo wanito

Ojo mung ngaji syare’at bloko

Gur pinter ndongeng nulis lan moco

Tembe mburine bakal sangsoro

Duhai kawan laki-perempuan

Jangan hanya mengaji syariat belaka

Hanya pandai berdongeng, tulis dan baca

Kelak di belakang bakal sengsara.

Akeh kang apal Qur’an haditse

Seneng ngafirke marang liyane

Kafire dewe dak digatekke

Yen isih kotor ati akale

Banyak yang hafal Al-Qur’an dan haditsnya

Malah suka mengafirkan yang lainnya

Kafirnya sendiri tidak dipedulikan

Jika masih kotor hati dan akalnya

Gampang kabujuk nafsu angkoro

Ing pepaese gebyare ndunyo

Iri lan meri sugihe tonggo

Mulo atine peteng lan nistho

Mudah ketipu nafsu angkara

Pada rias gebyar dunia

Iri dan dengki harta tetangga

Karena hatinya gelap dan nista

Ayo sedulur jo nglaleake

Wajibe ngaji sak pranatane

Nggo ngandelake iman tauhite

Baguse sangu mulyo matine

Mari saudara, jangan lupakan

Kewajiban dengan semua aturannya

Demi menebalkan iman tauhidnya

Bajiknya bekal, hati nan mulia

Kang aran soleh bagus atine

Kerono mapan seri ngelmune

Laku thoriqot lan ma’rifate

Ugo hakekot manjing rasane

Disebut soleh karena bagus hatinya

Karena selaras dengan ilmunya

Menempuh thariqah dan ma’rifatnya

Juga hakikat merasuk jiwanya

Alquran qodim wahyu minulyo

Tanpo ditulis biso diwoco

Iku wejangan guru waskito

Den tancepake ing jero dodo

Al-Qur’an Qodim wahyu mulia

Tanpa ditulis bisa dibaca

Itulah nasehat dari guru waskita

Tancapkan di dalam dada

Kumantil ati lan pikiran

Mrasuk ing badan kabeh jeroan

Mu’jizat rosul dadi pedoman

Minongko dalan manjing iman

Merasuk hati dan pikiran

Merasuk badan hingga ke dalam

Mu’jizat Rosul jadi pedoman

Sebagai jalan masuknya iman

Kelawan Alloh kang moho suci

Kudu rangkulan rino lan wengi

Ditirakati diriyadohi

Dzikir lan suluk jo nganti lali

Bersama Allah Yang Maha Suci

Harus pelukan siang dan malam

Dilakukan dengan tirakat riyadhoh

Dzikir dan suluk janganlah lupa

Uripe ayem rumongso aman

Dununge roso tondo yen iman

Sabar narimo najan pas pasan

Kabeh tinakdir saking pengeran

Hidupnya damai merasa aman

Sampai dirasa tandanya iman

Sabar dan menerima walau sederhana

Semua hanya takdir dari Pangeran

Kang anglakoni sakabehane

Allah kang ngangkat drajate

Senajan ashor toto dhohire

Ananging mulyo maqom drajate

Yang bisa menjalankan semuanya

Allahlah yang mengangkat derajatnya

Walau rendah kelihatan tampaknya

Namun mulia maqom derajatnya

Lamun prasto ing pungkasane

Ora kesasar roh lan sukmane

Den gadang Allah swargo manggone

Utuh mayite ugo ulese

Jika di akhir hayatnya

Tak tersesat ruh dan jiwanya

Dihantar Allah syurga tempatnya

Utuh mayatnya dan kafannya

09 Agustus 2011

Podho Golek Opo tho Jane?

Arep golek opo 2x kok uber – uberan

Podho ngoyak opo 2x kok jegal – jegalan

Kabeh do mendem 2x rak mari – mari

Bondo kuwoso rak digowo mati

Rino wengi aku tansah ngenteni

suara kang sejati

Kino lan warso gilir gumanti

tumeko titi wanci

Duh Gusti kang murbeng dumadi

Pandiko kang ngasto wewanti

Kawulo nyuwun pandawuhe

Arep golek opo 2x kok uber – uberan

Podo golek opo 2x kok jegal – jegalan

Kabeh do mendem 2x rak mari – mari

Bondo kuwoso rak di gowo mati

Kabeh do mlaku mrono bali mrene

Rak ngerti parake

Kabeh do mbengok maido kancane,

Rak mudeng maknane

Menungso kelangan derajate

Titah rak paham martabate

Do mendem kapan sholate