19 Juli 2010

SBI VS SEKOLAH UNGGUL

Belakangan ini masyarakat ramai dengan adanya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau setidaknya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sudah rahasia umum “ongkos” yang dikeluarkan tidaklah sedikit untuk masuk SBI, sehingga kemungkinan siswa “miskin” bisa masuk SBI sangatlah kecil. Jika memerhatikan fenomena SBI dan non-SBI, maka kita akan dibingungkan perbedaan SBI dengan sekolah unggul. Apakah SBI merupakan sekolah unggul? Apakah sekolah unggul harus SBI? Apa substansi yang membedakan antara SBI dan sekolah unggul? Rasanya perbedaan antara kedua hal tersebut sangatlah tipis dan menarik untuk dibahas.

SBI

SBI muncul sejak tahun 1990an, ternyata kemudian meluas pada sekolah negeri dan swasta nasional di berbagai kota besar. Melihat perkembangan ini, Depdiknas membuat kebijakan mengenai standar komponen input, proses, dan output. Untuk memudahkan upaya sekolah yang ada mengalihkan diri menjadi SBI, suatu strategi yang diperlukan ialah transformasi peningkatan kualitas sekolah dengan karakteristik tertentu yang tidak dimiliki sebelumnya.

Upaya tersebut dimulai dengan mendeskripsikan sekolah internasional yang sesuai dengan keinginan masyarakat dan memiliki berbagai karakteristik tertentu dari SBI. Deskripsi ini kemudian dikembangkan menjadi karakteristik utama yang dijadikan sebagai rujukan bagi pengembangan SBI. Konsep tersebut diformulasikan bahwa SBI = (SNP + X), di mana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi delapan standar, sedangkan X adalah SNP yang diperkaya, dikembangkan, diperluas, dan diperdalam melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang dianggap reputasi mutunya diakui secara internasional.

SBI merupakan sekolah nasional yang menyiapkan siswa berbasis SNP berkualitas dan lulusannya berdaya saing internasional. Pengembangan SBI berhubungan erat dengan perspektif global untuk membangun sekolah berkinerja tinggi. Perspektif ini menekankan perlunya transformasi sekolah nasional menuju SBI dengan karakteristik otonomi yang lebih luas, kapasitas inovatif, kinerja berkualitas, dan orientasi nilai. Strategi untuk mewujudkan SBI perlu terlebih dahulu mengungkapkan kondisi keefektifan sekolah sebagai dukungan terhadap pengembangan SBI dengan karakteristik tersebut.

Karakteristik ini tampaknya sekarang mulai bergeser menuju ke arah komersialisasi sekolah. SBI sekarang berubah menjadi sebuah konsep yang harus menggunakan teknologi informasi yang canggih, karena memang hal tersebut tampaknya merupakan harga mati bagi SBI. Biaya yang dikeluarkan oleh orangtua pun tidaklah sedikit. Bukan lagi karakteristik “loncatan mutu” yang diutamakan SBI sekarang, tetapi penggunaan teknologinya. Hal ini berdampak pada kesan masyarakat bahwa biaya SBI yang dianggap “sekolah unggul” juga “unggul/mahal”.

Sekolah Unggul

Penyelenggaraan sekolah dimaksudkan untuk menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan budi pekerti yang luhur serta emosi dan spiritual yang baik, sehingga mereka mampu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan dapat mengisi lapangan kerja atau memiliki jiwa kewirausahaan, terutama mampu hidup di tengah masyarakat sebagai warga negara yang baik dan berbakti. Dengan demikian, tujuan sekolah adalah mewujudkan sekolah unggul yang pada akhirnya meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pengelolaan sekolah yang unggul idealnya berorientasi pada kebutuhan sekarang dan masa depan (school basic need in the future).

Sekolah unggul adalah sekolah yang dapat mencapai target dengan penetapan target yang tinggi. Pengembangan suasana sekolah dan proses belajar perlu dilandasi dengan target yang jelas dan hasil mutu tinggi. Jelas artinya spesifik dan dapat diukur. Mutu yang tinggi artinya lebih baik dari sebelumnya atau lebih daripada yang sekolah lain capai. Karena sekolah selalu menjadi bagian dari komunitas, maka dalam memutuskan target mutu, memerhatikan kemajuan sekolah lain yang sejenis. Sekolah menentukan rujukan sehingga mengetahui posisi target mutu dibandingkan dengan hasil yang diwujudkan sekolah lain.

Loncatan Mutu

Substansi yang membedakan SBI dengan sekolah unggul adalah “loncatan mutu”. Loncatan mutu yang dimaksud adalah selisih prestasi yang diperoleh siswa lebih baik dari sebelumnya. SBI sekarang cenderung mengabaikan peningkatan prestasi siswa, yang memang paling mudah diukur dengan nilai. SBI dengan input siswa yang baik, didukung dengan pembiayaan banyak (mahal), sehingga menghasilkan output siswa yang baik, hal itu tentunya kita anggap wajar. Jika SBI menghasilkan output siswa yang sama saja dengan non-SBI, maka patut dipertanyakan kinerja organisasi SBI tersebut.

Ironisnya SBI sekarang mengabaikan prestasi input siswa. Jika ada sekolah (negeri/swasta) yang input siswanya pas-pasan atau bahkan di bawah standar, didukung dengan pembiayaan yang pas-pasan pula, tetapi dapat meningkatkan prestasi siswa dengan cemerlang (outputnya tinggi), itulah sekolah unggul. Sekolah yang mampu membuat suatu “loncatan mutu” tinggi adalah sekolah unggul. Sekolah yang murah, setidaknya terjangkau bagi semua kalangan, tetapi mampu meningkatkan loncatan mutu yang tinggi. Itulah sebenarnya yang kita harapkan, sekolah yang dapat meningkatkan prestasi siswa dalam bidang apa pun dengan “loncatan mutu” yang tinggi. Itulah pada hakikatnya yang harus kita upayakan. Mudah-mudahan.

Tidak ada komentar: